si bocah bermasker

ego..
ya, diri sendiri.
Ada banyak hal yang bisa kita lakukan dengan diri sendiri.
tertawa sendiri, tersenyum sendiri, berbicara sendiri, dan lain sebagainya.
Tapi, bukan berarti semua hal bisa kita lakukan seorang diri.

Kali ini aku akan menceritakan seseorang.
seseorang yang untuk pertama kalinya mendapatkannya.
seorang bocah dan masker miliknya.

Masker.
suatu hal, suatu benda yang kita izinkan untuk berada di wajah kita.
benda yang mampu menutup sebagian dari wajah seseorang, termasuk bocah yang akan kuceritakan ini.

Masker.
benda yang hanya dipakai 5 tahun sekali oleh si bocah.
dengan kata lain, ia benar-benar jarang memakainya.
tapi, akhir-akhir ini si bocah pun memakainya. Memakainya dengan rajin, hari demi hari.
untuk menutupi yang luka di mulutnya, kar'na alergi obat.
Hal yang menyiksa bagi si bocah.

Tapi, beberapa keuntungan boleh ia dapatkan dari ia memakai masker hari demi hari.
seperti yang sudah kukatakan di awal -tertawa sendiri, tersenyum sendiri, berbicara sendiri, dan lain sebagainya-, ia bisa melakukan semua itu dengan teman-teman barunya, masker-masker miliknya.

Begitu banyak insan yang kebingungan dan penasaran akan hal baru dari si bocah.
tapi ia berlagak biasa-biasa saja, hanya saja perlu berjaga-jaga.
mungkin akan ada seseorang yang membuka masker si bocah dengan tiba-tiba, dan sebagainya.

Dengan bebasnya, ia bisa melakukannya.
di saat ia sedang dilanda bosan, ia bisa berbicara pada dirinya tanpa ada orang lain yang tahu.
atau tersenyum kar'na memori-memori yang sedang ditontonnya di kepalanya.
ya, satu hal lainnya dari si bocah.
 

Di saat kelakar mampu membujuknya untuk tertawa, ia bisa tertawa dengan bebasnya.
tanpa ada yang tahu seberapa lebar mulutnya saat ia sedang tertawa.

Masker.
benda yang mampu menutup sebagian dari wajah tampan yang dimiliki si bocah.
tapi tetap tampan ia, walaupun ada benda yang menutup sebagian dari wajahnya yang tampan.
mungkin, ini memang anugrah untuknya, memiliki wajah yang tampan.

yang kurang dibutuhkan kini benar-benar dibutuhkan.
si bocah pun merasakannya.
yang dulunya sapu tangan yang ia andalkan, kini beralih dirinya kepada masker.
si bocah kini bermasker.


Nanda Dega

Gerbang surga

Melangkah kitari wilayah..
Wilayah yang asing kukitari.
Menciptakan suara-suara elok dengan alat sekitar,
menambah estetika di saat itu.

Aku denganmu mulai berfikir,
begitu pun mereka.
Salah satu dari berjuta-juta kegiatan kulakukan,
begitu pun mereka.

Punya ambisi agar aku tak jatuh,
pada lereng licin ini.
Mempertahankan pendirian,
yang kurajut bersama fakta-fakta.
Agar aku tidak diumpat oleh kawan-kawanku.

Saatnya aku maju,
melangkah ke depan, menuju sesuatu.
Sesuatu yang orang-orang tak dapat bayangkan.
Hal-hal ajaib menunggu.
Tak mau membuat diriku atau pun mereka yang di dalam menunggu.

Satu-satunya jalan, menuju kompas.
Beberapa pilihan, yang harus ditetapkan.
Beribu-ribu soal, memecahkan dan menguasai.
Berjuta-juta tahun, akan tertera pada selembar kertas.

Di sana kuucapkan kata-kata indah.
Di sini kumainkan permainan-permainan baru.
Memiliki ukuran dan bentuk,
yang membuatku mengeluarkan beberapa pertanyaan dan pernyataan.

Saat kulihat seseorang mencuri gagasan-gagasan seseorang,
saat kuketahui kelicikannya yang membahayakan,
yang membahayakan dirinya sendiri.

Menerima dan mempelajarinya,
berharap itu aku.

Tak dapat dipungkiri hal-hal ajaib yang eksis.
Permintaan dari seorang hamba.


Aku tahu apa yang sedang terjadi.
Dan aku mengetahui,
benda apa yang ada dihadapanku.


Nanda Dega