Hey, Moon! you hear me? you know me?

Hai Bulan! Bagaimana kabarmu?
Aku sudah tak sabar kau bisa kupandang.
Sungguh memesona.

Bisakah kau mendengarku, wahai kau yang di atas sana?
Bisakah kau merespon, hei kau yang memiliki tubuh bulat nan putih?
Dapatkah cahayamu hanya melingkupiku?
Berfikir dan menginginkan akan apa yang terjadi.
Berfikir dan menginginkan akan semua yang gelap yang akan kulihat disekelilingku.

Pernah berfikir bahwa kau mengikutiku, mengejarku di saat aku lari.
Sambil melihat ke arahmu, membuktikan bahwa teoriku benar.

Apa yang terjadi di sini?
Aku dapatkan teori baru mengenai dirimu dan mengetahui bahwa teoriku yang terdahulu adalah salah.
Aku harap, teoriku benar nyatanya, bahwa kau mengejarku.
Kau ikut berlari sama seperti apa yang kulakukan.

Tidak lama, 7 hari yang lalu terdapat sesuatu yang berbeda.

Betapa anehnya kau yang sekonyong-konyong berukuran besar.
Kau lebih besar, tak bak biasanya.
Membuatku terpana kembali akan pesona yang kau pancarkan waktu itu.

Apa kau tahu, bahwa ada seseorang yang menuliskan surat kecil untukmu?
Kau menerimanya bukan?
Penasarankah kau, bulan?
Tidak ingin tahukah kau siapa yang menuliskannya?


Hei, Bulan!! Kau tahu siapa aku?


Nanda Dega

Tujuh Belas Agustus Tahun Empat.. Lima...

Ya.. Beginilah.
Beberapa hari sebelum menjelang hari Kemerdekaan Indonesia,
pastinya para penduduk atau warga melakukan aktivitas dengan memasang bendera khas Indonesia,
Merah Putih.

Seperti tidak sabar dengan apa yang akan datang,
melakukan sesuatu yang ada pada hari itu.
Merupakan salah satu kerinduan kebanyakan warga.

Mengingat hal apa saja yang gue dan yang lainnya lalui.
Mengadang rintangan di setiap perlombaan.
Melewati bersama, menyemarakkannya.
Merupakan salah satu bentuk perayaan Ulang Tahun Indonesia.

Seperti biasanya, setiap sekolah pasti akan mengajak penduduknya untuk ikuti rayakan ultah Indonesia.
Diingatkan melalui beberapa warganya, guru-guru, agar para murid dibimbing melakukan kegiatan tersebut.
Mengajak dia dan mereka untuk bernostalgia,
mengingat jasa-jasa para pahlawan yang sudah memperjuangkan kelangsungan Indonesia di saat itu.
Berfikir lagi akan apa yang telah kita semua dapatkan melalui mereka.

"Kemerdekaan"

Ya...
Seperti biasanya, kreasi di dalam Indonesia, baik yang dulu maupun sekarang,
akan muncul kembali ke permukaan.

Lomba balap karung, pertahanin pendirian kelereng agar tidak jatuh dari sendok,
lomba pencabutan koin dengan gigi di buah semangka yang dilumuri oli,
dan masih banyak bentuk perayaan Kemerdekaan Indonesia kita ini.

Salah satunya Upacara.
Hal umum yang dilakukan, tahap demi tahap, hanya saja lebih berbeda dari yang biasanya.
Komponen-komponen yang dulu, mungkin termasuk yang baru.
Kalian pasti mengetahui ini:
Mengheningkan cipta, menyanyikan lagu 17 Agustus 1945, baca proklamasi,
pidato yang isinya mengingatkan kita akan pahlawan-pahlawan RI terdahulu,
agar kita tidak lupa bahwa ada juga yang telah menyelamatkan Indonesia.
Walaupun memang kita belum merdeka sepenuhnya.
Masih banyak yang harus kita perangi.
Kemiskinan, korupsi, dan masih banyak penghambat-penghambat jalur kita menuju kemerdekaan lainnya.

Keliatan lebay sih ya.. tapi, emang gitu nyatanya.

Masih banyak yang memasang bendera Merah Putih hanya sebagai rutinitas,
tak memandang yang terkandung di dalamnya.

Berharap generasi selanjutnya paling baik.
Dan bisa ngantar Indonesia masuk ke "merdeka"
Bukan hanya generasi baru, tapi kita yang telah hidup bertahun-tahun,
hinggap di dalam Indonesia.
Menjadi teladan, untuk siapa pun itu.
Menjadi pengaruh untuk yang lain, pembawa positif.


SELAMAT ULANG TAHUN INDONESIA!!!
SELAMAT ULANG TAHUN YANG KE 69!!!

tuut..tuuut...ttuuuuu...
Tujuh Belas Agustus Tahun Empat.. Lima... 
Itulah hari Kemerdekaan kita....
Hari Merdeka... Nusa dan Bangsa..
Hari Lahirnya Bangsa Indonesia..
Mee... rr.. de.. ka.
S'kali Merdeka tetap merdeka..
Selama hayat masih di kandung badan..
Kita tetap.. setia.. Tetap.. Setia..
Mempertahankan Indonesia..
Kita tetap.. setia.. Tetap.. setia..
Membela Negara... kita...


Sumber gif: www.desta17.blogspot.com/2012/01/animasi-bendera-indonesiagif.html



Nanda Dega

Apa Isi Surelmu?

Mengirim sesuatu tidak akan masalah menjadiku. Tahu hal apa yang diperlukan, tahu apa yang dibicarakan, serta mengetahui koneksinya. Apa yang dapat membuatmu senang, dan apa yang membuatmu bangga, aku tidak tahu.
 

Berpondasikan sesuatu yang membuatku lain dari yang lain.
Menambah pertanyaan pada yang lain.
Aku pun berhenti.

Tidak pernah terfikir olehku akan apa yang terjadi setelahnya.

Kata-kata sederhana kurangkai,
agar tidak terjadi kesalahpahaman.
Bukan berarti mengganggu atau pun mengintai.
Sudah tugasku untuk menerjemahkan.

Lalu, apa selanjutnya?

Sesuatu tumbuh padaku.
Hal baru muncul dalam bio-ku.
Hal aneh juga bertamu kepadaku.

Dan hal baru apa yang telah kau manfaatkan?

Pernah berfikir akan apa yang terjadi setelahnya,
tapi aku tidak peduli biarpun telah kubahas sebelumnya.
Mengulas sesuatu yang membuatku ingin.
Apakah yang tengah kufikirkan?

Hanya menepi. Ego, tidak dengan yang lain.
Aku juga belum tahu apa isinya.
Yang aku ingin waktu itu adalah tahu.
Kenapa penasaran menghantuiku?
Sangsi, aku yakin dengannya. Kar'na, adakalanya aku membutuhkan itu.
Untukku, bertahan hidup.

"Satu hal yang bisa kulakukan untukmu."

Tidak pernahkah kau berfikir aku akan mengeluarkan kalimat terakhir itu padamu?

Kebutaanmu dalam memahami membuatku kuat, tapi sisi yang lain dilemahkan.

Mungkin tidak akan membicarakan hal-hal yang aneh.
Bahkan, belakangan ini aku telah berkomitmen pada ego,
walau memang, terkadang aku pun tercatat sebagai pelanggar.
Mungkin aku butuh beberapa bantuan di sini.

Mungkin para satwa bisa mengambil jalurnya masing-masing.
Dan mungkin para flora juga dapat berjalan di jalannya masing-masing.

Mengerti?



Nanda Dega

Did you get sceptic day? sanctions day?

Kejadian ini sih sebenarnya udah 2 hari yang lalu.
Tapi agak aneh juga diakhir-akhirnya.
Ga biasanya.


"emang ada apa, Dega...???"



Jadi tuh, 2 hari yang lalu adalah hari pertama gua masuk sekolah.
Setelah bermalas-malas ria di rumah dan di tempat-tempat terjangkau lainnya,
akhirnya waktu libur menunjukkan angka nol dan gua dipaksa untuk pergi berkunjung ke sekolah.

""Berkunjung??!""


oh ya..
Pas mau buka pagar rumah, gua ngeliat si bola putih lohh..
Pengen dipotret, tapi udah ga sempet.
eerrrr.. kesel gua gak abadikan momen itu.
errrgghhh...
eeerrrgghhhh...
eeeerrrggghhhhh...

Lanjut ajaa..!

Iya tuh.. mau buka pagar buat enyah ke sekolah.
Pas udah nyampe, seperti biasanya para penghuni kelas beradu cepat untuk mendapatkan tempat duduk yang mereka inginkan.
Dan disaat bel sekolah berbunyi pun, masih banyak penghuni yang tidak siap dengan apa yang mereka dapatkan.
Gua diem-diem aja di tempat gua.
Dan guru-guru pun datang silih berganti menyesuaikan apa yang telah mereka terima.

Dan disaat guru Matematika gua muncul,
gua pun dikejutkan dengan kalimat: "ya.. ibu, wali kelas kalian."

Ga kok, ga kaget-kaget amat.

Tapi itu ga akan pernah bikin gua kaget. Apalagi ragu-ragu.
Disaat pemilihan pengurus kelas,
disaat itulah gua mulai ragu-ragu.
Bagian ini merupakan bagian yang PALING gua BENCI diantara semua bagian di kelas.
Jantung gua selalu memukul-mukul dada gua,
seperti gua diperingatkan untuk menyelamatkan diri dari bahaya tersebut.
Dan memang benar adanya, itu adalah BAHAYA buat gua.

Alasan mengapa gua selalu skeptis,
alasan mengapa gua selalu sangsi disaat momen itu terjadi adalah kar'na gua takut kepilih.
Gua, yang memang dasarnya ga tertarik dengan semua hal yang berhubungan dengan pengurus kelas ini,
pasti selalu memasang wajah takut.
Ga pernah jarang juga buat ngumpet dari momen itu,
bahkan ga pernah jarang juga untuk kabur dari BAHAYA tersebut.
TAPI GAK PERNAH BISA!! AAAAAAA!!! *ceritanya lagi teriak*


Dan gua berpikiran untuk tidak mencolok dari semua penghuni yang ada disana.


Awal pemilihan adalah ketua kelas,
dan yang PALING MEMBANGGAKAN adalah GUA GAK KEPILIH.
yeeeeeee.....!!! *teriak di atas menara*
ya..,
saking senengnya gua, kar'na nama gua TIDAK tercantum pada wilayah ketua kelas.

Sempet ketawa riang juga,
gara-gara ada yang bikin ketawa.
Padahal janjinya ga mau mencolok.
Tapi waktu itu ketawanya gua kontrol kok.

Dan disaat sampai pada wilayah sekretaris,
salah satu penghuni menyebutkan "nama indah" gue dengan kerasnya. #tandapromosi
Dan disaat itu juga emosi gua mulai membara.

KENAPA GUA YANG DISEBUT?
KENAPA HARUS GUE..?
EH.. APAAN SIH!!
JANGAAANN...!!!

Dan gua sempet lega juga kar'na wali kelas gua menunjuk ke salah satu penghuni yang memang tahun lalu ia terpilih menjadi sekretaris.
Tapi, entah mengapa kebahagiaan gua hanya BERLANGSUNG BEBERAPA DETIK saja.
Si penghuni itu menyebutkan "nama indah" lagi sebagai tanda promosi.
Beralasan kar'na......

Dan si penghuni yang tidak setuju namanya terpampang nyata di wilayah sekretaris tersebut,
mulai membela dirinya agar ia tidak lagi diberatkan dengan jabatan tersebut.
Dan akhirnya...
Raut muka pun mulai berubah.
Yang tadinya seneng banget, jadi melankolis.
Mereka telah menang. #sedih

Dan disaat itu terjadi, gua mulai cari-cari alasan supaya gua bisa terlepas dari jabatan tersebut.
Agar gua bisa berani berkata di luar kelas.
Tapi..
entah mengapa ketakutan gua mereda.
ia mereda lebih cepat dari apa yang gua pikir.


Waktu terus berjalan, dan gua masih ga takut dengan jabatan yang pernah membuat gua pengen ngumpet itu.
Gua pernah berpikir begini, bahwa salah satu cita-cita gua adalah menjadi penulis.
Dan dari apa yang telah gua lihat dari seorang sekretaris, pengalaman-pengalaman tentang mereka,
yang mana berhubungan dengan kegiatan tulis-menulis.
Gua memang ga suka dengan apa yang gua dapat itu,
tapi di satu sisi gua bersyukur dengan apa yang udah nimpa gua.
Gua ditugaskan dibidang tulis menulis.

Gua girang, robek-robek bantal, pesta teh.

Ya..
melalui sarana itu, gua meyakini kalau gua sedang dilatih untuk menjadi seorang penulis.
Gua gundah, gua terima, dan gua belajar.
Belajar untuk mengejar cita-cita gua.

T'rima kasih, Yang Maha Kuasa.



Nanda Dega

What's Up?

Lihat! Awan-awan berkumpul menenda wilayah ini.

Lihat! Angin sejuk berhembus lembut mengeringkan badan dari peluh.

Lihat! Roda-roda berotasi kar'na sebabnya.

Lihat! Audio & Visual bermunculan.

Lihat! Mereka kembali berkumpul.

Lihat! Musik mengalir memenuhi hasrat si pendengar.

Lihat! Kata-kata aneh terangkai indah.

Lihat! Pepohonan menari-nari lembut.

Lihat! Nyala lampu-lampu ada di tengah-tengah kegelapan.

Lihat! Kesepian menggembirakan seseorang.

Lihat! Ketenangan berkunjung di wilayahku.

Lihat! Bayangan ada di depan rumahku.

Lihat! Bintang-bintang menyejukkan si bocah.

Lihat! Film-film lama ditonton bersama.

Lihat! Patung kecil berpose umum.

Lihat! Pakaian-pakaian berayun-ayun pelan.

Dan Dengar! Hal baru telah bocah dapatkan.



Nanda Dega

Look! Holiday

Hari sebelum Sabtu, kumerenung tentang esok.
Tak tahu apa yang harus dilakukan.
Tak tahu kapan akan membuat daftar kegiatan selama liburan.
Tak tahu kapan gue laksanakan kegiatan-kegiatan di daftar gue.

Sejujurnya sih, pernah yang namanya buat daftar kegiatan apa aja selama liburan. Dah zaman kapan tu mah. Dan semua itu hanya jadi pajangan belaka.

Waktu itu daftar kegiatannya di tempel di pintu lemari kamar.
Dan daftar itu juga sebenarnya 'terinspirasi penuh' dari kakak gue.
Sekarang pun masih ada tuh daftar kakak gue yang di tempel di lemari kamar juga. Cuman keadaannya ga sama kayak awalnya.
 
Melihat apa aja kegiatan yang ingin dilakukan kakak gue lewat tulisan daftar rapihnya itu, membuat gue ikut-ikutan. Tapi ga ikut-ikutan sepenuhnya. Tapi pernah kok gue kerjain beberapa dari daftar yang gue buat.

Seengganya ga sia-sia-in isi pulpen.

Mama gue pernah marah gara-gara gue ga penuhin janji-janji gue di daftar gue.
"ngapain ngikutin kakaknya. ga ada yang kamu kerjain. buang tu!" #sakitnyatuhdisini

Tapi itu udah lama banget. Zaman-zamannya gue masih lugu. Dan sekarang pun ga jauh beda lugunya. #azek

Untuk daftar ciptaan gue itu, gue ga tau kemana jejaknya berakhir.
Apakah berakhir di tempat sampah atau di kumpulan barang-barang bekas milik gue?

Sejarahnya masih misteri.
 
Dan apa yang gue pikirkan sekarang, apa yang akan gue lakukan di hari libur penuh harapan itu?

Udah ada beberapa. Dari tadi pagi habis pulang sekolah udah kepikiran buat cuci 'pakaian kaki'.


"Udahlah, besok aja. Ngeblog dulu."
*Bilang ke diri sendiri*

Yaudah, akhirnya gue putuskan untuk menjadikan hari esok hari mencuci. Tapi cuma sepatu aja ya.
Sedari SMP gue sering-sering cuci sepatu dan kawannya di akhir pekan.
Melihat kerusakan pada si sepatu, Mama gue nasihatin supaya jangan lagi sering-sering cuci mereka.


"Trus, lu mau ngapain?"






Maunya sih begadang, tapi ga ada tontonan yang menarik.
Pengen baca novel, tapi ga tidur siang. Takutnya dijeda sama kantuk.
Pengen jalan-jalan di malam hari, tapi ga pernah terlaksana.

Ya.. salah satu aktivitas favorit yang pengen banget gue lakuin.

"Berjalan di malam hari"


Gue bisa ketemu sama yang namanya 'ketenangan'. Gue bisa ber-sua dengan 'kebebasan'.

Bersuka ria menatap langit malam, si bintang, si bulan, si pohon, si tanah, dan masih banyak "si" yang pengen ditatap. Emang udah dasarnya nocturnal, lahir malam hari. Mungkin itu salah satu dari sekian banyaknya alasan kenapa gue bisa satu sifat dengan kalong.

Dan bernostalgia lewat lagu-lagu yang gue denger lewat earphone sambil berjalan malam.

Mumpung besok libur kan. hehehe.. :D

Untuk hari esok, gue kurang tau. Apakah novel ada di tangan, gegoleran, earphone terpasang di telinga, berhadapan dengan komputer, sapu markas, atau hal-hal lainnya bakalan gue lakuin, gue ga tau.
Semoga aja bisa bantuin orang tua juga. *amiinn*


-sekian-



Nanda Dega

Moment to Monument

Berfikir dan menatap layar. Lewat jendela nan besar kututup mata dan kubayangkan masa-masa yang telah kulewati, merajut hal yang telah kukumpulkan di waktu lalu.

Saat ada bagian yang hambar mulai kupikir kembali lagi dan lagi. Terus kuingat dan kuingat akan hal yang ada pada bagian itu. Tapi pada akhirnya aku pun mengaku kalah kar'na banyaknya memori yang hinggap. Dengan senyuman manis dan rasa sesal kar'na tak bisa tercapai hal itu. Terus kulakukan di depan kaca besar dan cahaya yang menerobos ini. Layaknya layar kaca, aku pun penontonnya, 'Menikmati yang kutonton'.

Angin sekonyong-konyong lari menujuku. Angin yang tak tahu sopan santun, namun memberi manfaat bagiku. Menyegarkan, menyejukkan. Kembali kuciptakan lengkungan senyum di bibir ini. Dan tak sengaja memori yang dulu, memori yang lain muncul dalam benakku. Sambil menatap langit, merajut kembali.

Lain sebagainya telah kulakukan di masa itu. Sampai sekarang pun aku dapat, hanya saja waktu telah berubah. Segalanya berubah, berbeda.

Kuambil secangkir teh hangat yang telah kubuat sebelumnya. Mulai kuminum air manis kecoklatan ini, tahap demi tahap. "Slurrpp..", begitulah bunyinya. Hingga kuteringat saat-saat di mana aku pernah sakit dan kedua orang tuaku yang mengurusku. Dengan bantuan dan hiburan dari saudara-saudara kandungku pun. Di saat itulah air mata mulai jatuh meluncuri pipi. Degup jantung mulai tak beraturan. Kupajang senyum kemudian sambil menahan rasa rindu yang mendalam. Lebih dalam dari laut yang kedalamannya 15 juta meter menurutku. Hingga kutertawa kar'na opiniku yang berlebihan.

Kuhabiskan dan kuletakkan cangkir putih nan kecil ini pada meja itu. Berjalan dengan pelannya langkah, kucapai dan kembali kemudian. Benang memori kembali kurajut.

Mereka. "Apa yang kulalui bersama mereka?", tanyaku. "Oh, iya. Ada!", seruku. Mulai kuterpaku diam sambil mengingat-ingat. Teringat dari sekian banyaknya ingatan mengenai mereka sampai kusebut apa saja itu.

Begitu banyaknya benang memori yang kupunya, sehingga bingung menentukan bentuk apa yang akan aku ciptakan.

Banyak hal dan banyak persoalan yang dilakukan dan terjadi. Bisa saja itu terjadi kembali keesokan harinya, namun akan berlainan dengan apa yang telah berpondasi. Legenda yang terdengar, konversasi yang terjadi, pemandangan yang terlihat, dan berbagai tulisan yang terbaca, menambah sesuatu pada diri ini.

Inginnya kuciptakan mesin waktu untukku mengubah segalanya. Andaikan aku lebih dari pada Albert Einstein dan andaikan Tuhan mengizinkan. Aku ingin.

Tapi..
Aku tahu bahwa itu salah.
Bukan jalurnya aku harus ada.

Pertunjukkan pun selesai. Tapi, besok akan ada tayangan baru dan mungkin akan ada bagian yang terulang.

-

Kantuk pun datang berkunjung dan aku tak bisa mengindar. Akhirnya kuikuti tawarannya dan kutuju tempat tidur. Pada kasur empuk, kujatuhkan raga ini dan mulai kututup mata, yang sebelum-sebelumnya berdoa bagi esok.

Bertumpuk-tumpuk membentuk monumen, hingga aku bisa mempelajari sejarah yang ada didalamnya.

Menghabiskan waktu, ber-asa kini dan nanti.
Kemarin dan hari ini, begitu berjangka pendek.




Nanda Dega

Kebun Mimpi

"Apa yang kau bicarakan? Mana ada kebun mimpi!
Dasar gila!"



"Aku sudah mengatakannya. Tapi, kenapa dia ga percaya ya? Yang lebih parah lagi, dia nganggep gue 'gila'.
Yaudalah, ga usah ditanggepin toh nanti juga dia bakalan nganga lebar setelah gue dapet kebenaran tentang 'Kebun Mimpi' itu."
 
-................-


"Huh, percuma gue kasih tau tuh orang! Kenapa pikiran pertama gue ke dia ya? Yasudah, pening rasanya mikirin kejadian kemaren. Mending beli cemilan dulu dah. Berangkaat!"


"Baiklah, akan kupersiapkan semuanya. Mmm makanan, minuman, tenda, pasta gigi, dan ini. Yang lain sudah, tinggal kunci rumah dan melakukan segalanya sebelum meluncur."

Aku sudah bilang padanya: "Jangan mengada-ada! Masih kecil sudah mikir yang aneh-aneh. Dasar anak-anak!" Belum cukup kubentak, masih saja anak itu menghayal. Aku menyerah. Aku biarkan dia berlaku sesuka hatinya, melakukan hal-hal yang anak-anak inginkan di masanya. Mungkin ini gara-gara aku sudah terlalu menjauh dari usia muda.

"Huhhh"

"Aku heran, kenapa orang-orang menatapku begitu? Memang aku ini apa! Dasar gila! Tapi, sudahlah. Mungkin memang mereka yang sudah tidak waras."

Melihat ia dibicarakan orang-orang. Aku pun skeptis dengan apa yang akan dilakukan anak itu.


Teman-temannya membicarakannya di sudut


"Perjalanan ini sungguh melelahkan. Memang beginikah sistemnya? Huh.. Aku harus berjuang! Kalau hanya diam dan berbicara, aku tidak akan bisa membuktikan kepada mereka bahwa aku mampu. Ayolah! Be strongest!"

Tidak pernah berfikir hal apa yang akan dihadapinya. Aku hanya bisa berdoa pada Yang Maha Kuasa, agar ia bisa mengejar apa yang diinginkannya.

"T'rima kasih Tuhan, kau telah mendorong anakku hingga sejauh ini"


Seseorang mengatakan padaku kalau aku harus ini dan harus itu. Dan seorang yang lain mengatakan padaku kalau aku tidak boleh gampang percaya. Dan yang lain mengatakan padaku kalau aku harus membuktikan segalanya.
 
"Apa ini?
Mana yang harus kuyakini?
Ada apa dengan dunia?"


Mereka cuma media.
Mereka cuma hal yang digunakan untuk kehidupan kita selanjutnya.
Mereka, begitu juga saya.

Kau tahu, segalanya memang penuh dengan misteri. Nian banyaknya rahasia yang harus diungkapkan. Cara untuk kita bisa mengetahui rahasia itu adalah mencoba dan berusaha.



Nanda Dega

where is everyone?

"Kau mengerti dengan apa yang aku katakan? Tahukah kau betapa itu penting untukku? Aku yakin kau belum mengerti dengan apa yang aku katakan barusan. Atau, memang kau tidak mengerti dan tidak akan pernah mengerti. Segalanya telah merubahku. Apa yang harus kulakukan? Kau bahkan tidak pernah mengeluarkan kata 'kubantu' padaku. Aku muak diperlakukan seperti batang besi berkarat. Aku muak diacuhkan seperti pintu rusak yang tergeletak pada tumpukan puing. Aku muak terhadapmu, juga pada mereka. Perlukah aku membeli hati dan perasaan baik untuk kalian supaya kalian tidak membelot padaku? Jika kalian membaca ini, aku yakin yang ada pada kalian tentang aku saat ini adalah aneh, menjijikkan, seseorang yang tak patut untuk diajak bergaul, biadab, atau hal lainnya. Begitu kecil kemungkinan kalian bisa membaca 'lembaran' ini. Luangkanlah waktu untukku sebentar. Apa semua orang telah ditetapkan untuk menjadi sama halnya dengan ini? Haruskah selalu aku yang meluangkan waktu untuk kalian? Tidak cukupkah perilaku kalian menandai diri ini? Begitu ironisnya hubungan. Haruskah aku memiliki sesuatu, mencari sesuatu yang kalian gemari agar diantara kita tidak ada jarak lagi? Hal bodoh apa lagi yang harus kuperbuat untuk menyenangkan hari kalian? Bisakah kalian mengembalikan apa saja yang telah kalian renggut dariku? Aku tidak ingin seperti ini, dan aku yakin kalian juga tidak akan suka jika diperlakukan seperti itu. Bisakah kalian berpikir sebelum bertindak? Bisakah kalian menempatkan diri kalian terlebih dahulu sebelum melakukannya padaku? Biar aku tekankan: 'Aku bukan binatang percobaan!'. Dengan sewenang-wenangnya kalian menggunakan apa yang telah kalian dapatkan. Tidak pernahkah berpikir hal apa yang akan terjadi selanjutnya, tentu saja tidak. Jika kalian ingin, janganlah melakukan hal yang salah. Toh, aku akan berpikir kalau kalian adalah orang jahat. Apa kalian mau jika orang yang kalian inginkan pergi menjauh dari kalian karena langkah salah yang telah kalian ambil? Apa keputusanmu, pikirkanlah dahulu! Kutunggu hingga tengah malam, atensi tidak ada yang muncul. Hanya mendapat hembusan angin dingin dari pantai. Begitu banyak pertanyaan yang ingin aku kau lihat, seolah-olah aku adalah guru bagi kalian. Yang asing saja memperlakukanku bagai aku ini sedang dikarantina. Sangat menjijikkannya tindakannya itu. Untungnya aku tahu hal jahat apa yang telah ia lakukan padaku. Untungnya aku belum melakukan hubungan pertemanan padanya. Dan untungnya aku belum pernah menyapanya apalagi menyentuh peralatan-peralatannya. Menyentuhnya saja aku tidak ingin. Aku tidak akan berkomunikasi dengannya. Menjawab pertanyaannya saja akan kujawab dengan asal. Aku adalah cermin. Jika kalian memukul cermin, maka bayangan kalian akan melakukan hal yang sama dengan yang kalian lakukan. Ya.. beginilah aku. Aku yang sudah berada di dalam lingkungan pengkarantinaan selama bertahun-tahun. Kalau begitu, abaikanlah. Jauhi aku. Jika kalian tidak suka padaku, janganlah mencari persoalan kepadaku! Aku bukan 'tuan masalah'. Cukuplah sampai disini saja. Aku lelah, benar-benar lelah. Rasanya tidak mampu bangkit dari kasur kasarku. Sia-sia aku menceritakannya pada orang lain, toh pada akhirnya beban yang membahu ini tidak akan turun dari tempatnya.
Kemarilah, akan kubisikan sesuatu pada kalian.."



Nanda Dega

tolong ambilkan sedotan untuknya!

Kali ini gue bakalan bawain kisah dari salah satu benda dari loker gue.
Sebelum itu, gue bakalan kenalin tokoh-tokoh yang udah berjasa dalam kisah ini;
Kakak #1, Sendok, dan gue.

Waktu itu hari Minggu dan cuaca panas *perkiraan*.
nah, kar'na cuaca yang gue prediksi itu bakalan panas membahana,
makanya gue berniat untuk membeli pencuci mulut dingin di... *liat gambar nanti juga tau*

Sebelum itu gue bilang ke kakak gue kalau gue bakalan beli pencuci mulut itu,
dan kakak gue dengan senang hati memberikan penawaran berupa "Percobaan terhadap produk".
Dan akhirnya gue turun ke lantai satu -waktu itu ada di lantai dua- dan langsung menuju ke tempat.

Saat-saat kesempatan mulai muncul buat gue,
saat-saat gue ga perlu ngantri panjang buat beli salah satu produk.
Langsung memesan dan menunggu sampai akhirnya gue dapat tuh pencuci mulut.
Warna putih bercampur sirup asli anggur dengan sendok tertancap di puncaknya.
Dan langsung gue menuju lantai dua dan menemui kakak gue.
 
Percobaan pun dimulai

Disinilah hal aneh terjadi.
Disaat kakak gue ingin melahap pencuci mulut tersebut, dia pun menyedotnya.
Wajar sih, memang sendoknya yang diciptakan memiliki lubang besar di atasnya.
Tapi, kakak gue ga merasakan adanya keganjilan dari sendok itu.

"Kenapa sedotan lubangnya kotak?!"
  
Dan saat itu terjadi gue mulai nahan ketawa.
buat jaga martabat keluarga gue dan sembunyikan rasa malu.
Untungnya hal itu ga berlangsung lama.
Untungnya kakak gue cepat menyadari tindakannya itu.
Dan untungnya orang-orang di sana ga merhatiin kejeniusannya itu.

Huhhffett...

Pesan moral yang bisa gue sampaikan adalah jangan menyamakan sendok dengan sedotan.
T'rima kasih kakak, kar'na sudah memberikan pelajaran batin buatku.
Semoga ini tidak terulang lagi dan kalian bisa lebih berhati-hati dalam menggunakan produk.







-Sekian-


Nanda Dega