nanda + dega = dregnansa (I)


hallooo... siang..
Kali ini bukan single post, album post, dan anniversary post, tapi gua akan sedikit membuka tirai yang menutup Nanda Dega dan DregNansa.
Sebelumnya memang, gua berencana 'tuk memposting "gua sepenuhnya" setelah gua merilis album pertama gua—αβ.
Entah apa gua akan berani menampilkan diri gua semegah gua di dunia nyata atau tidak.

***

1)  Sebenarnya kenapa sih Dega, kamu lebih banyak memposting cerita-cerita pendek daripada diri kamu?

Oke. Ini pertanyaan menarik yang saya buat.
Kalau ditanya begitu, gua akan jawab: "sebenarnya, kebanyakan cerita-cerita pendek itu menceritakan diri saya. Tidak saya gunakan nama saya karena saat itu saya terlalu takut untuk menceritakan diri saya. Dan sekarangpun masih."

Ya, itulah gua. Masa itu dan masa-masa sebelum masa itu, gua termasuk orang yang agak tertutup. Gua begitu takut menjamah dan merasakan lingkungan luar, bahkan di media sosial sekalipun. Setelah masa-masa khilaf gua (masa kanak-kanak) di mana gua dengan gampangnya menceritakan apa aja yang gak dan gua suka, apa saja yang gua lakukan sebelum pergi ke sekolah, dan lain-lain.

Mulut gua di masa itu memang begitu terbuka seperti lubang gunung. Tapi, bukan berarti hal ihwal gua, gua presentasikan secara spontan di depan umum—dibagikan begitu saja.

Semakin lama, semakin ke sini sifat tertutup saya sedikit berkurang.
Semenjak saya diberi tahu oleh Yang Maha Kuasa lewat beberapa gambar dan cerita, saya belajar untuk berbaur dengan orang-orang—lingkungan luar.
Menyapa orang lain dengan memberi anggukkan kepala, misalnya, atau melambaikan tangan sembari menyapa hai orang itu.

Saya sadar kalau itu memang perlu, tapi bukan berarti saya akan terbuka sepenuhnya.
Saya masih memiliki sangsi pada sekeliling. Mengingat manusia itu mengecewakan, buat jarak di antara.
Janji manusia tidak pernah saya sungguhi sedari tahun-tahun lalu. Sekarangpun.
Saya pun punya buku pegangan yang lain—buku pengalaman.


Lately, gua lumayan sibuk.
Namun bukan kesibukan seorang pekerja kantor.
Cuma.. streaming, sibuk ubah format .docx ke format .pdf, bermedia sosial dengan dosen-dosen mengirimi tugas-tugas, daydreaming, jogging, sibuk dengerin musik, sibuk dengerin alarm, sibuk mikirin album & single terbaru, dsb.



Ya, streaming.



Gua punya list movie yang bisa dibilang.. banyakk.
Dan gambar itu hanya menampilkan (sangat) sedikit dari keseluruhan list.
Kebanyakan dari mereka adalah yang membuat gua tertarik dengan cover dan judul mereka.
Kalau ceklis kotak hijau artinya pernah ditonton. Umumnya bagi mereka saat gua masih menginjak bangku Sekolah Dasar.
Untuk ceklis kotak kelabu artinya ya.. film itu akhirnya ketonton juga dan/atau ketonton lagi.
Movie freak, salah satu bagian dari "puzzle saya".



Jogging?
Ya, jogging.

Ada hal yang gua lakukan ketika gua melakukan jogging.
Pacaran. Ya, berbagi kasih sekaligus memperkuat daya tahan tubuh—memacari alam, tepatnya langit dan gelapnya pagi buta.
Alam, tidak sedikit yang memacarinya dan tidak sedikit juga yang membencinya—tidak acuh pada ajakan kasihnya.

Mengingat ketika saya berlari kecil pada aspal sepi dan remang. Dengan megah dan mahanya, saya berlari kecil sembari menatap posisi bintang-bintang pada lukisan tua—namun tetap terlihat baru—berwarna biru tua dengan awan-awan kecil yang lihatnya dari posisi saya.
Saya sangat senang, bisa bermain-main kembali bersama rekan-rekan lama saya itu.
Sepi dan bebas. Bermegah juga ketika saya berada sejajar dengan dada rumah serta ditemani lambaian tanaman dan tumbuh-tumbuhan.



Dengerin musik?
Kalau nyanyi?

Ya, gua ga bisa nyanyi di depan orang lain. Nyanyi di depan orang lain pun dengan ngasal—lelucon semata.
Kalau sepi atau merasa ruangan sepi dan berisik, percaya diri gua naik.
Tergantung di saat itu ingin "konser mendadak" atau gak.
Gua juga sangat suka instrumental, tapi ga semua gua lahap.



Untuk album dan single terbaru, lagi-lagi kesulitan ada pada cover. :")
Untuk isi... beberapa nyaris usai.



Alamak! Gua udah terlalu jauh bercerita!

"Tenanglah, Dega. Lagipula semua ini hanyalah hal umum yang orang lain juga iya."


***

2)  Lalu, kenapa sih Dega, kamu memberi nama blogmu DregNansa? Kenapa bukan NandaDega? Kan biar gampang ketemunya!

Baik. Pertanyaan ini sejujurnya sudah lama dipertanyakan oleh kakak #1 saya. Bertahun-tahun lamanya, mungkin. Entah tepatnya.
Jawaban untuk hal ini tidak berbeda dari yang sudah saya jelaskan sebelumnya. "Gua belum berani."
Tapi semakin maju, semakin tambah keberanian saya.
Ketakutan itu lama kelamaan semakin teriris.
Dulu gua "begitu heran" mengapa teman gua begitu gampangnyaberaninya mengganti beranda Mozilla Firefox dengan URL blog-nya di semua komputer yang ada di lab. SMA.
Padahal blog miliknya baru.
Berlawanan dengan gua, yang mainin blog kayak main petak umpat. Biar mereka yang dapat sendiri, tapi takut kalau mereka dapat blog gua.
Hufthh.. ribet sumpah.

Dan gua pernah berencana untuk mengubah nama blog gua, tapi sudah terlanjur. Begitu juga beberapa komponen. Dua temen gua pernah bilang bahwa template yang gua pakai kurang... (lupa gua tepatnya) dan itu sedikit mendorong gua untuk menggantinya. Tapi gua usahakan cari yang lebih baik. Mengetahui bahwa yang gua inginkan untuk blog gua belum dapat.
Begitu banyak. Semua itu.

Selain itu gua ga tertarik untuk memeriahkan blog gua. Layaknya pesta.
Gua ga mau para pemirsa yang di sana kelamaan nunggu hanya kar'na mau liat Nanda Dega di DregNansa.
Gua pun, males nunggu loading... saat masuk ke halaman blog seseorang. Apalagi yang rame.
Nanda Dega emang ga sabaran orangnya.
Paling yang dilakuin cuman close tab-nya langsung. Hihi..



Ngomong-ngomong, ini sudah dipenghujung disc.
Gua pikir cukup sampai sini aja terang-terangannya untuk yang satu ini.
Met siang semua!






"Dan kalian tahu, kunang-kunang yang ada jauh di sana sudah siap bermain-main di pohon gelap yang sendiri itu. Ya, yang itu!"



Nanda Dega .H.