Kupon Kecil


 




"1.... 2....... 3.........................."

Lama... Lamban... Semakin lamban.... nian lamban... hingga akhirnya Tonny menganggap menghitung itu menyenangkan menjadi hal yang membosankan. Seperti biasanya, ia akan menempelkan baju belakangnya ke kumpulan rumput hijau di taman kecil di rumahnya sambil merasakan sengatan sang surya dan akan menghitung banyaknya awan yang berlalu lalang sambil menerka-nerka bentuk awan yang ia lihat seperti apa.

Tonny adalah satu-satunya anak laki-laki di keluarga Hardy. Ayah dan ibu Hardy merupakan sepasang suami isteri yang menjalankan masing-masing perusahaan mereka di Kota Metropolitan. Sama seperti namanya, Hardy, ia adalah pekerja keras yang disiplin dan tak pernah membolos, begitu juga isterinya.

Bukan keinginannya untuk menjadi seperti sekarang ini, yang bisa seorang Tonny lakukan hanyalah bermain dan memanfaatkan segala macam barang yang kedua orang tuanya belikan untuk mengisi hari kosong Tonny jika mereka tidak ada di rumah menemani Tonny dan kedua kakak perempuannya. Kedua orang tuanya mengetahui kurangnya mereka dalam memerankan peran mereka di rumah, namun mereka berfikir bahwa memenuhi kebutuhan adalah hal utama yang harus dijalankan oleh orang tua kepada anaknya. Namun mereka salah.





Tonny bertanya-tanya apakah ia sempat diurus oleh kedua orang tuanya saat ia masih bayi biarpun hanya sehari saja. Sesuatu memeras hatinya namun ia tetap menahan itu. Ia melakukan hal yang sama hingga menjemukan. Sesuatu merasukinya, tak banyak cakap di hadapan masyarakat, bersembunyi di balik pintu kamarnya, dan hal-hal tertutup lainnya. Ia hanya mau melakukannya sendirian.

Bukan selaiknya dan sewajarnya. Tatkala penjagaan mulai menipis, maka harus menambahkan agar penjagaan makin terjamin. Kata tiap kata dan bahasa tiap bahasa yang harus diperhatikan, menjadikannya saja barang seni dengan memberikannya pada orang lain kemudian. Tak banyak cakap, namun mengerti ketika berbicara sekali. Angkasa semakin mendekat.

Tatkala kesibukan akhirnya lelah mengganggu, bebaslah akhirnya. Seperti kegiatan yang pernah bahkan sering dilakukan orang lain, menatap, bukan lagi hal asing jika didengar oleh kuping kita, bahkan jika itu berurusan dengan awan. Begitu juga dengan mendengar atau pun merasakan. Merasakan menjadi satu-satunya dari sesuatu, seperti unik, keren, dan sebagainya hingga cerita pun bertambah dan mulai berubah.

Saat berasa hingga mencapai atmosfer tertinggi, menambah kepercayaan diri kemudian namun bukanlah semua orang yang akan merasakannya secara langsung, ditambah sesuatu yang mengganjal dari dirinya. Dipastikan jika cahaya hanya sebesar ruang kosong yang tertinggal oleh dedaunan di pohon, menambah sesuatu yang bahkan saya sukar mengungkapkan.

Semakin lama usia semakin memanjang, begitu juga dengan cerita. Menceriterakan sesuatu agar anakmu tertidur, teman-temanmu ketakutan, para tetangga penasaran, dan topik-topik lain yang sedang atau sudah lama hangat. Tatkala mendapatkan kupon kecil hingga kau dapat menempatkannya kapan dan di mana saja, begitu juga dengan Tonny. Tergambar apa yang ia tonton kemarin saat otaknya bekerja pada malam hari, menciptakan memori yang pemeran utamanya adalah Tonny.




Nanda Dega

Another Side of Those Letter

Aku pernah menulis surat kecil mengenai memori. Namun, aku menyisipkan sesuatu yang orang lain tak mengetahuinya.

Seperti kain dan sweter. Merajut memori adalah hal yang mudah dilakukan. Setiap hari, kita dihadapkan pada memori hingga kita lupa di mana meletakkan rajutan pertama. Kalau kau peduli kau akan menghiraukan apa yang ada di depanmu dan jika tidak kau akan tetap memandang dunia nyatamu.

Para pemain memainkan perannya layaknya drama panggung. Menggunakan properti dan sebagainya. Sisipi itu maka akan lengkap. Bahkan lantai yang diam memerhatikanku. Dibalik diamnya, merekam memori.


Entah reaksiku saat melihat memori berjalan di hadapanku.


Hingga rahasia pun akhirnya terungkap.
Bukan lagi dimilikinya tetapi dimiliki oleh mereka.


Pada akhirnya, satu kata menjadi deskripsi.
Mengetahuinya sendiri atau diketahui bersama?
Pertengahan hingga akhirnya.



Mempublikasikan atau merahasiakannya?
Pilihlah yang kau suka.



bagi kamu yang ingin mengetahuinya..


Nanda Dega

...

Aku, bocah berumur 17 tahun. Tatkala aku menimba segala kesalahanku di hadapan sebuah cermin suci, aku menemukan diriku di antara kelompok pemberontak. Merangkai dan merangkai... itu saja yang bisa kulakukan pada saat itu. Mendengarkan musik pun belum cukup untuk menghilangkan keramaian di benak ego. Sesuatu terjadi dan terkadang itu menghambatku. Bagaimana denganmu? Apa yang telah terjadi padamu? Apa kabarmu? Aku seringkali berbicara pada tembok, aku juga. Mereka hanya menonton dan memuaskan keinginan mereka. Seringkali ikan-ikan di kolam tak memakan makanan yang telah kusebar. Padahal di antara semua binatang peliharaanku, hanya mereka yang rakus.


Puaskah kau?
Sudah tercapaikah keinginanmu? 
~?  ?  ?~


Kebetulan...
Kalau saja...
Aku, ...
...
...
...


~
Untukmu,
untuk kamu yang telah membeli karcis
di belakang orang-orang dan diriku.
~

Nanda Dega