Bersatu, Bersama

Musim yang tercinta baru saja pergi.
Pergi tanpa pamit,
membekas pada kalbu.
Hingga rindu dan takut pun beraksi,
tuk menjatuhkanku, melemahkanku.

Segera kukuasai mereka,
agar air mata tidak menuju bumi.

Aku beserta mereka,
masing-masing memegang bunga api
sama seperti awalnya.
Menghabiskan waktu bersama,
memanfaatkan masa.

Inilah dunia yang kubicarakan.
Dunia yang luar biasa, telah kukunjungi.
Berharap dapat kembali,
melakukan hal yang luar biasa.
Bersama, tawa ria.

Kami sama-sama menonton awan.
Pada taman luas nan hijau
berhembuskan bayu yang menyejukkan.
Memberi keuntungan,
mengindahkan.

Tapi, telah kami buat banyaknya waktu
terbuang sia-sia.
Tanpa sadar,
kar'na gembira terus menaungi.

"Kebersamaan"

Semua yang dapat kulakukan
dengan harapan lembut,
bahwa kau sekalian akan tinggal disisiku.
Selamanya.

Hingga saatnya,
kukendalikan, tarik nafas, lagi dan lagi.
Mengulanginya, hingga kasih tak terpenuhi ini meremah-remah.
Berharap dengan sangat,
agar perasaanku yang nyata
dapat meraihmu.

"Aku harap, perasaanku dapat menggapaimu."


D.A.I.
"Ambar Lembut"
Nanda Dega

Manekin

Pada malam itu, malam yang berkabut, mulai diri ini beraksi. Kubuka pintu dan mulailah diri ini masuk ke dunia luar. Dunia yang kuanggap aneh, tapi indah adanya. Aku tidak bergurau. Ini pengalamanku, setelah pengalaman-pengalamanku yang lalu.

Kurasakan hembusan angin dingin saat daku menginjakkan kaki kananku ke tanah. Sungguh hal yang aneh. Skeptis menguasaiku, tapi daku tetap kepada pendirianku. Kuteruskan untuk melangkah maju, walaupun aku tidak memiliki tujuan. Rasa penasaran masih menusuk benak ini. "Apakah ini?", "Apa, aku bermimpi?", "Apakah aku masih tidur?", tanyaku pada diriku. Sepi dan tenang selalu kurasakan. Baik itu yang lalu maupun yang sekarang.

"Kenapa aku sendiri? Tidak adakah sesuatu yang hidup, yang bisa diajak untuk menjelajah bersama?"

Kulihat kanan dan kiriku. Dengan langkah kecilku, jelajahi wilayah. Tidak tahu harus apa. Hanya berjalan dan melihat. Tidak ada aktivitas lain yang bisa kulakukan.

"Apa kar'na, aku ini baru?"

Lembaran-lembaran kecil hijau kuraba. Merasakannya, menelaahnya. Begitu juga benda coklat melingkar yang besar dan sesuatu dengan bentuk-bentuk yang indah. "Apa itu?", tanyaku untuk kesekian kalinya.

Kembali hembusan angin dingin datang kepadaku. Dengan pakaian berwarna hitam nan licin, kulanjutkan kembali perjalananku. Dan kembali kutemukan hal yang luar biasa di tengah perjalananku.

Di saat lelah melingkupiku, mulai kududuki rerumputan yang di sebelah jalan beraspal itu. Melepas lelah sambil merasakan malam.

"Itu Bulan!", seruku sambil mengangkat tangan kananku dan mengarahkan jari telunjukku kepadanya. Kutatap benda bulat itu hingga jatuh hatiku padanya. Angin berhembus, menggerakkan rerumputan dan sekitarnya.

"Mengapa saat kukejar benda itu, tidak pernah kudapatkan?"
Sekali lagi, diri ini dibuat bingung.

Saat benda itu mulai turun, aku tahu kalau di saat itu aku harus pergi. Kembali ke asalku, ke tempatku. Kutegakkan diri ini kemudian dan diam sejenak. Melihat keindahan untuk yang terakhir. Aku tidak tahu, kapan aku bisa melihat pemandangan itu lagi. Segan pun menguasai. Tapi, aku tidak mau menyerah dan menganggap semua akan berakhir. Aku pun kuat di saat itu.

Dengan kepercayaan penuh, kutinggalkan tempat itu dengan angin yang masih menemani. "Jangan takut!", seruku di dalam benak. Dengan senyuman kulanjutkan perjalanan. Perjalanan menuju tempat yang kusebut "rumah". Kembali kutelusuri jalan yang telah kugunakan. Dan kembali kulihat hal-hal hebat itu. Kutemui kembali mereka. Kusapa mereka dengan senyuman biarpun tidak ada yang merespon.

"Apakah kau baik? Apakah kau jahat?", tanyaku dalam benak.

Hingga kudapati tempatku, wilayahku, rumahku, serta mereka yang ada di dalam, kubuka pintu kemudian dan kembali kurasakan "rumah". Kututup pintu dan menyempatkan diri melihat ke luar lewat pintu yang berkaca itu. Setelah selesai, kubergabung dengan mereka dan kuposisikan diri ini sesuai yang awalnya.
Tidak ada yang mengerti. Tidak ada yang peduli. Walaupun mereka tahu, kalau daku adalah manekin yang melankolis.

D.A.I.
Nanda Dega

Pemandanganku, Pemandanganmu

Berlama-lama hari
kubiarkan kisah ini terdampar
di dalam benak ini.

Tunggu dan tunggu,
kemudian kudapat.
Tapi, saat kudapatkan itu,
mulailah kusia-siakan.

Hingga pada kali ini,
dapatlah daku melakukan
yang seharusnya daku lakukan.

Berhari-hari, bahkan berbulan-bulan.
Mengapa kusia-siakan?
Mengapa tidak ada yang membantu?
Mengapa aku memiliki ini?

Kadang lelah
menguasaiku.
Sesal dan kecewa menyertainya.
Segan turut campur tangan.

Inginnya kubuang jauh,
dari kehidupanku.
Kemalasan dan sifat-sifat lainnya,
yang mengganggu diri ini.
Yang menghalangi diri ini.
Berbagai hal telah kulewati,
begitu juga dengan mereka.

Langit terus meng-coverku.
Terus memandangiku,
begitu pun diri ini.

Saling berpandangan,
hingga berbeda pandanganku
jika melihat yang bukan dia.

Ia telah menunjukkan kelebihannya,
yaitu keindahan.
Mengajarkanku untuk menjadi lebih indah
dari yang sebelumnya.

"T'rima Kasih Tuhan,
atas ciptaan-Mu yang luar biasa."

Ketika kulihat langit
yang membiarkan cahaya sang surya hanya sedikit menyinari,
menambah suasana.

Sambil kudengarkan musik,
sambil kurajut masa lalu
yang pernah kurajut waktu itu
bersama pepohonan dan berbagai tumbuhan.

S'kali lagi, kuucapkan T'rima Kasih
pada Sang Pencipta
yang telah mengerjakan segala sesuatunya,
hingga saat ini.

Hingga kusadari, semua ini tidaklah bertahan lama,
mulai kuambil beberapa potret
untukku bernostalgia di suatu hari.
Tak mau menyia-nyiakan hal elok ini.

Waktu terus berjalan.
Tanpa sadar, waktu berlari.
Meninggalkan kita yang telah merajut sesuatu.
Perpisahan.
Bisakah hal itu dihindarkan?
Bisakah lebih lama lagi?
Dapatkah kau tetap berada untukku?
Egois.
Menjadikan seseorang loba.
tapi...
Akhir.
keadaan di mana harus kulakukan segalanya,
agar tercapai sesuatu
yang tak kuketahui apa.
tapi terkadang,
ini menyakitkan.
Nanda Dega

Perkenalan


Halooo...
Saya adalah pendatang baru.
Ya, ini post-an pertama saya
setelah sekian lamanya saya membiarkan blog ini sendirian.
Mungkin ga akan membicarakan hal-hal yang banyak dulu.
Cukup untuk kesempatan kali ini adalah perkenalan.
Supaya untuk post-an saya berikutnya, anda tidak asing lagi dengan diri ini.

"Trus, kapan perkenalannya?"

Yaudah, dimulai dengan nama dulu dehh..
Saya Nanda Dega, kalian boleh panggil saya Nanda atau Dega.
Tapi, seringnya sih, dipanggil Dega. #kode
Saya sekarang menginjak usia 17 tahun,
setelah berlama tahun berjalan di dalam kehidupan ini. #prokprokprok
Alasan saya membuat blog, adalah ingin melatih tulisan dan bahasa saya.
Ingin mengembangkan sesuatu yang saya punya.
Kar'na, hidup monoton itu hanya membosankan diri saja. #inibahasapa

Alasan lain adalah kar'na saya ingin menjadi seorang penulis.
Menciptakan karya dengan merangkai kata-kata,
Mencari suasana baru dalam hidup.
Berusaha melatih, agar tidak menjadi orang yang istilahnya kagok.

"Ceritain lagi dong tentang kamu."

Baik, kalau itu menjadi keinginanmu.
Saya berjenis kelamin pria dan suka tertawa ria.
Mungkin, hanya itu yang bisa saya ungkapkan mengenai saya.
(memang cuman itu, Dega).


Sekian,
Terima Kasih

Nanda Dega