selamat ulang tahun bagi kamu yang terlahir



Berawal dari harapan yang sudah dibangun namun pondasi tidak sekukuh pondasi yang kanak-kanak bangun. Saya selalu mengaitkannya dengan pengalaman, berbeda pengalaman dengan masa kanak-kanak. Sangat beda. Lagi, salah satu yang saya ingat, ketika saya duduk di bangku SD, saya dikejutkan dengan kehadirannya saat saya sedang bermain dengan beberapa teman saya di Sari Bumi. Saya akan diberi kebebasan untuk membeli apapun yang saya mau di hari ulang tahun saya. Ya, sebelumnya juga telah kami bahas di rumah. Namun, sesampainya di Lippo, saya benar-benar kebingungan. "Mau beli apa yahh??" Saya tidak ingin menghabiskan begitu banyak uang saat itu, tapi godaan berkali-kali mencolek lembut hati saya. Saya lupa, apa yang saya ambil pada akhirnya. Ya, itu sudah sangat lama. Inginnya itu terlihat lagi nyata begitu juga yang lainnya.






Dan 13 hari yang lalu adalah hari jadi saya. Sedikit yang menyelenggarakannya, dan sedikit juga yang mengucapkannya. Kenapa?



Sedari SMP, saya ga pernah mengumbar tanggal lahir saya. Saya dulu takut disiram dengan air tanah, dilempar dengan bahan-bahan kue (tanpa soda kue, gula, margarin, dan pewarna makanan), bahkan mungkin diikat di tengah lapangan dijadikan primadona di saat itu. Namun masih ada―beberapa―yang mengucapkannya. Salah satunya teman SD saya di Strada yang sayangnya sekelas lagi di kelas 7 dan 9. Dan tanggal lahir pada beberapa media sosial yang saya punya saya sembunyikan. Iseng-iseng, siapa aja sih yang masih acuh sama hari ulang tahun saya.



Saya rasa ga akan aneh kalau makhluk seumuran saya dan umur-umur senior merayakan hari jadi bak masa kanak-kanak dulu. Saya juga kangen (beud) diperlakukan seperti itu. Lagi.



2 hari setelah hari jadi saya diberikan hadiah oleh teman-teman seprodi. Sebuah tas berwarna hijau tentara. Padahal saya berharap dibelikan yang warna biru. #ga_tau_diri
Tapi saya senang, dan juga kaget. Seniat itukah? Dan besoknya saya kenakan tas itu atas permintaan dari teman-teman saya.



Beberapa telah ditangkap oleh mata kamera dan beberapa telah dipublikasikan oleh beberapa orang. Saya? Tidak. Saya pikir belum saatnya―atau mungkin memang tidak―mengumbar foto-foto hari jadi saya dengan wajah melankolis khas saya walaupun di blog ini. Saya pikir gif-gif ini saja sudah cukup. Dan saya pikir, cerita mengenai hari jadi saya cukup sampai di sini saja. Saya harap cerita hari jadi kalian semua yang telah lahir juga menyenangkan dan bahkan lebih.



Selamat malam.




   











Nanda Dega Heraprinov

yang sudah menginjak umur 19 tahun
namun masih terlihat muda.
Haha..



sumber gif: giphy

kesal


Berulang-ulang. Terus berulang-ulang.
Semua itu membentuk lingkaran.
Entah kapan itu lenyap.
ARGH! Bagaimana caranya menghilangkan ini?
Bagaimana caranya saya bisa pergi ke pulau itu?
Pulau di mana semuanya tampak mudah dan menarik.
Benar-benar ingin menginap di sana.
Sebulan? Mungkin selamanya.


Setelah berdoa, lambat laun rasa tenang berkumpul. Mereka menyerobot masuk.
Untung saja saya belum memukul kasur di samping saya.
Untung saja laptop ini tidak saya tekan kesal.
Untung saja...


Tapi tetap ingin berlibur ke sana.
Lewat mana? Perlukah lemari pakaian? Atau laci meja?


Sayang..
tidak semudah apa yang saya tonton di televisi.
Tidak semudah.. emosi menguasai saya. Barusan.


N.D.