DregNansa 4th Anniversary


Nanda Dega, sebagai bentuk perayaan ulang tahun DregNansa yang ke-4 mengeluarkan mini book yang di dalamnya berisi 10 pos di mana sebelumnya sempat dipublikasikan di website DregNansa. Mengambil tanggal 17/10/2017 pukul 17:10 sebagai waktu perilisan mini book ini.

_________________________________________________________________________















_________________________________________________________________________


Nanda Dega,
Author


bulir kalimat

aku masih terpaku di lingkaran kata yang kamu keluarkan kemarin.
berulang-ulang aku baca hingga nyaris hilang kesadaranku—
diriku yang asli, yang tidak pernah bersua dengan kamu.
aku sadar telah memerankan tokoh bodoh di sesi ini.
tapi masih saja aku selidiki.
selidiki kamu, makhluk alami yang berlagak buta dan tuli untukku.


aku sama sekali tidak menemukan bulir-bulir pada kalimatmu itu.
tidak membentuk kode.
tidak membentuk sandi.
tidak membentuk sisi pertolongan.


apa benar kamu membuangku,
sama seperti pekerja pabrik yang rutin membuang sisa olahan ke alam tak berdosa?
s'kali lagi aku kehilangan kesadaran—
akibat yang harus aku tanggung
kar'na tidak mendengarkan diri yang lain
yang lebih menguasai logika dan mampu menghafal lisensi perusahaan.
.
.
.
bodoh
.
.
.
aku tidak terima, tapi kamu tetap melangkah ke masa depan.


"apa tidak bisa aku mengganti peranku?
apa saja, asal jangan jadi orang bodoh yang masih memikirkan peninggalan.
apa saja.."


aku harap elegiku untuk yang satu ini
cepat berakhir.


nanda dega

 

sedang UPGRADE


Hai!
Aku jalan lagi di dunia nyata.
Dunia fantasiku sedang mengalami pembaharuan. Penambahan konten dan menu juga.
Masih belum tau butuh berapa persen lagi untuk mencapai selesai.


Tulisan masih berlanjut.
Tidak sedang mengalami TSUNAMI IMAJINASI.
Masih asri, se-asri pinggir pantai yang tenang. Namun terasa nol biar pemandangan di sana dan di sini.


Keluaran terbaru, nanti akan aku makan semua!
Sebelum atau sesudah merilis album baru.
Cepat atau lambat adakan konser DregNansa lagi.
Dengan atau tanpa kursi tambahan di samping kursiku.



tertanda
bocah atmosfer lain, nanda dega.


 

kansel

Saya raih ransel s'telah mengunyah beberapa pastel di dapur.
Melelahkan juga ya, mengunyah itu.
Apalagi mengunyah pastel liat.
Rahangku pegal beberapa saat.
Tapi sudah terlambat membatalkannya.
Limit akhirnya saya sejukkan dengan segelas penuh susu sejuk.
Si virus bernama bebas menggerogoti entri ini.
Tapi saya biarkan ini diumumkan. Dengan megahnya.

Saya terus membatalkan entri-entri yang lalu.
Batal, batal, dan batal.
Laci maya hampir penuh. Tapi dengan mahanya saya biarkan sampai menggembung.
Lebih kembung dari 5 ekor ikan kembung.

Yang riil pun dengan lemahnya saya batalkan.
Ugh! Ada apa dengan lu, Deg?!
Apa hal-hal psikologis itu yang terus membungkam kamu?
Terus saja kau diam, sampai kau disatutempatkan dengan fosil dinosaurus!
Terus saja kamu batalkan, sampai kau menggaruk-garuk kasar kepalamu nanti.


Hahh..
Tapi biar bagaimanapun, satu dari sekian hal.
Jangan batalkan diri kamu untuk menekan aktif tombol arif di kepalamu.



Nanda Dega H.
yang akhir-akhir ini mencerna puas kata kansel didua keadaan.

 






Nanda Dega H.

back to my hometowns


Hampir saja saya bersujud tatkala tiba di kampung halaman.
hampir saja..
Saya biarkan ego melangkah di jalan setapak dulu.
Sebelum akhirnya menyebrang ke sisi yang lain. Sisi satunya.



Kadang, sembari membaca buku yang kucel.
Sebelum akhirnya menyebrang lagi.
'tuk lihat kamu. Kalian juga.



Tak sabar lagi..
Masih. Masih ala itu.
Masih cari.
Masih..
Di tempat hingga saya tiada.
Di tempat kamu, kamu, kamu, kamu, dan kamu berada.
Graha yang saya bangun sendiri.
Di lokasi yang tidak bisa orang lain dapat.
Di kampung halaman.
Tepatnya, di kampung-kampung halaman.
Yang lain.



Nanda Dega H.
yang sedang, akan, dan terus mengunjungi kampung-kampung halaman
.
.
Lain..
.
.