bulir kalimat

aku masih terpaku di lingkaran kata yang kamu keluarkan kemarin.
berulang-ulang aku baca hingga nyaris hilang kesadaranku—
diriku yang asli, yang tidak pernah bersua dengan kamu.
aku sadar telah memerankan tokoh bodoh di sesi ini.
tapi masih saja aku selidiki.
selidiki kamu, makhluk alami yang berlagak buta dan tuli untukku.


aku sama sekali tidak menemukan bulir-bulir pada kalimatmu itu.
tidak membentuk kode.
tidak membentuk sandi.
tidak membentuk sisi pertolongan.


apa benar kamu membuangku,
sama seperti pekerja pabrik yang rutin membuang sisa olahan ke alam tak berdosa?
s'kali lagi aku kehilangan kesadaran—
akibat yang harus aku tanggung
kar'na tidak mendengarkan diri yang lain
yang lebih menguasai logika dan mampu menghafal lisensi perusahaan.
.
.
.
bodoh
.
.
.
aku tidak terima, tapi kamu tetap melangkah ke masa depan.


"apa tidak bisa aku mengganti peranku?
apa saja, asal jangan jadi orang bodoh yang masih memikirkan peninggalan.
apa saja.."


aku harap elegiku untuk yang satu ini
cepat berakhir.


nanda dega