si bocah bermasker

ego..
ya, diri sendiri.
Ada banyak hal yang bisa kita lakukan dengan diri sendiri.
tertawa sendiri, tersenyum sendiri, berbicara sendiri, dan lain sebagainya.
Tapi, bukan berarti semua hal bisa kita lakukan seorang diri.

Kali ini aku akan menceritakan seseorang.
seseorang yang untuk pertama kalinya mendapatkannya.
seorang bocah dan masker miliknya.

Masker.
suatu hal, suatu benda yang kita izinkan untuk berada di wajah kita.
benda yang mampu menutup sebagian dari wajah seseorang, termasuk bocah yang akan kuceritakan ini.

Masker.
benda yang hanya dipakai 5 tahun sekali oleh si bocah.
dengan kata lain, ia benar-benar jarang memakainya.
tapi, akhir-akhir ini si bocah pun memakainya. Memakainya dengan rajin, hari demi hari.
untuk menutupi yang luka di mulutnya, kar'na alergi obat.
Hal yang menyiksa bagi si bocah.

Tapi, beberapa keuntungan boleh ia dapatkan dari ia memakai masker hari demi hari.
seperti yang sudah kukatakan di awal -tertawa sendiri, tersenyum sendiri, berbicara sendiri, dan lain sebagainya-, ia bisa melakukan semua itu dengan teman-teman barunya, masker-masker miliknya.

Begitu banyak insan yang kebingungan dan penasaran akan hal baru dari si bocah.
tapi ia berlagak biasa-biasa saja, hanya saja perlu berjaga-jaga.
mungkin akan ada seseorang yang membuka masker si bocah dengan tiba-tiba, dan sebagainya.

Dengan bebasnya, ia bisa melakukannya.
di saat ia sedang dilanda bosan, ia bisa berbicara pada dirinya tanpa ada orang lain yang tahu.
atau tersenyum kar'na memori-memori yang sedang ditontonnya di kepalanya.
ya, satu hal lainnya dari si bocah.
 

Di saat kelakar mampu membujuknya untuk tertawa, ia bisa tertawa dengan bebasnya.
tanpa ada yang tahu seberapa lebar mulutnya saat ia sedang tertawa.

Masker.
benda yang mampu menutup sebagian dari wajah tampan yang dimiliki si bocah.
tapi tetap tampan ia, walaupun ada benda yang menutup sebagian dari wajahnya yang tampan.
mungkin, ini memang anugrah untuknya, memiliki wajah yang tampan.

yang kurang dibutuhkan kini benar-benar dibutuhkan.
si bocah pun merasakannya.
yang dulunya sapu tangan yang ia andalkan, kini beralih dirinya kepada masker.
si bocah kini bermasker.


Nanda Dega

Gerbang surga

Melangkah kitari wilayah..
Wilayah yang asing kukitari.
Menciptakan suara-suara elok dengan alat sekitar,
menambah estetika di saat itu.

Aku denganmu mulai berfikir,
begitu pun mereka.
Salah satu dari berjuta-juta kegiatan kulakukan,
begitu pun mereka.

Punya ambisi agar aku tak jatuh,
pada lereng licin ini.
Mempertahankan pendirian,
yang kurajut bersama fakta-fakta.
Agar aku tidak diumpat oleh kawan-kawanku.

Saatnya aku maju,
melangkah ke depan, menuju sesuatu.
Sesuatu yang orang-orang tak dapat bayangkan.
Hal-hal ajaib menunggu.
Tak mau membuat diriku atau pun mereka yang di dalam menunggu.

Satu-satunya jalan, menuju kompas.
Beberapa pilihan, yang harus ditetapkan.
Beribu-ribu soal, memecahkan dan menguasai.
Berjuta-juta tahun, akan tertera pada selembar kertas.

Di sana kuucapkan kata-kata indah.
Di sini kumainkan permainan-permainan baru.
Memiliki ukuran dan bentuk,
yang membuatku mengeluarkan beberapa pertanyaan dan pernyataan.

Saat kulihat seseorang mencuri gagasan-gagasan seseorang,
saat kuketahui kelicikannya yang membahayakan,
yang membahayakan dirinya sendiri.

Menerima dan mempelajarinya,
berharap itu aku.

Tak dapat dipungkiri hal-hal ajaib yang eksis.
Permintaan dari seorang hamba.


Aku tahu apa yang sedang terjadi.
Dan aku mengetahui,
benda apa yang ada dihadapanku.


Nanda Dega

Hey, Moon! you hear me? you know me?

Hai Bulan! Bagaimana kabarmu?
Aku sudah tak sabar kau bisa kupandang.
Sungguh memesona.

Bisakah kau mendengarku, wahai kau yang di atas sana?
Bisakah kau merespon, hei kau yang memiliki tubuh bulat nan putih?
Dapatkah cahayamu hanya melingkupiku?
Berfikir dan menginginkan akan apa yang terjadi.
Berfikir dan menginginkan akan semua yang gelap yang akan kulihat disekelilingku.

Pernah berfikir bahwa kau mengikutiku, mengejarku di saat aku lari.
Sambil melihat ke arahmu, membuktikan bahwa teoriku benar.

Apa yang terjadi di sini?
Aku dapatkan teori baru mengenai dirimu dan mengetahui bahwa teoriku yang terdahulu adalah salah.
Aku harap, teoriku benar nyatanya, bahwa kau mengejarku.
Kau ikut berlari sama seperti apa yang kulakukan.

Tidak lama, 7 hari yang lalu terdapat sesuatu yang berbeda.

Betapa anehnya kau yang sekonyong-konyong berukuran besar.
Kau lebih besar, tak bak biasanya.
Membuatku terpana kembali akan pesona yang kau pancarkan waktu itu.

Apa kau tahu, bahwa ada seseorang yang menuliskan surat kecil untukmu?
Kau menerimanya bukan?
Penasarankah kau, bulan?
Tidak ingin tahukah kau siapa yang menuliskannya?


Hei, Bulan!! Kau tahu siapa aku?


Nanda Dega

Tujuh Belas Agustus Tahun Empat.. Lima...

Ya.. Beginilah.
Beberapa hari sebelum menjelang hari Kemerdekaan Indonesia,
pastinya para penduduk atau warga melakukan aktivitas dengan memasang bendera khas Indonesia,
Merah Putih.

Seperti tidak sabar dengan apa yang akan datang,
melakukan sesuatu yang ada pada hari itu.
Merupakan salah satu kerinduan kebanyakan warga.

Mengingat hal apa saja yang gue dan yang lainnya lalui.
Mengadang rintangan di setiap perlombaan.
Melewati bersama, menyemarakkannya.
Merupakan salah satu bentuk perayaan Ulang Tahun Indonesia.

Seperti biasanya, setiap sekolah pasti akan mengajak penduduknya untuk ikuti rayakan ultah Indonesia.
Diingatkan melalui beberapa warganya, guru-guru, agar para murid dibimbing melakukan kegiatan tersebut.
Mengajak dia dan mereka untuk bernostalgia,
mengingat jasa-jasa para pahlawan yang sudah memperjuangkan kelangsungan Indonesia di saat itu.
Berfikir lagi akan apa yang telah kita semua dapatkan melalui mereka.

"Kemerdekaan"

Ya...
Seperti biasanya, kreasi di dalam Indonesia, baik yang dulu maupun sekarang,
akan muncul kembali ke permukaan.

Lomba balap karung, pertahanin pendirian kelereng agar tidak jatuh dari sendok,
lomba pencabutan koin dengan gigi di buah semangka yang dilumuri oli,
dan masih banyak bentuk perayaan Kemerdekaan Indonesia kita ini.

Salah satunya Upacara.
Hal umum yang dilakukan, tahap demi tahap, hanya saja lebih berbeda dari yang biasanya.
Komponen-komponen yang dulu, mungkin termasuk yang baru.
Kalian pasti mengetahui ini:
Mengheningkan cipta, menyanyikan lagu 17 Agustus 1945, baca proklamasi,
pidato yang isinya mengingatkan kita akan pahlawan-pahlawan RI terdahulu,
agar kita tidak lupa bahwa ada juga yang telah menyelamatkan Indonesia.
Walaupun memang kita belum merdeka sepenuhnya.
Masih banyak yang harus kita perangi.
Kemiskinan, korupsi, dan masih banyak penghambat-penghambat jalur kita menuju kemerdekaan lainnya.

Keliatan lebay sih ya.. tapi, emang gitu nyatanya.

Masih banyak yang memasang bendera Merah Putih hanya sebagai rutinitas,
tak memandang yang terkandung di dalamnya.

Berharap generasi selanjutnya paling baik.
Dan bisa ngantar Indonesia masuk ke "merdeka"
Bukan hanya generasi baru, tapi kita yang telah hidup bertahun-tahun,
hinggap di dalam Indonesia.
Menjadi teladan, untuk siapa pun itu.
Menjadi pengaruh untuk yang lain, pembawa positif.


SELAMAT ULANG TAHUN INDONESIA!!!
SELAMAT ULANG TAHUN YANG KE 69!!!

tuut..tuuut...ttuuuuu...
Tujuh Belas Agustus Tahun Empat.. Lima... 
Itulah hari Kemerdekaan kita....
Hari Merdeka... Nusa dan Bangsa..
Hari Lahirnya Bangsa Indonesia..
Mee... rr.. de.. ka.
S'kali Merdeka tetap merdeka..
Selama hayat masih di kandung badan..
Kita tetap.. setia.. Tetap.. Setia..
Mempertahankan Indonesia..
Kita tetap.. setia.. Tetap.. setia..
Membela Negara... kita...


Sumber gif: www.desta17.blogspot.com/2012/01/animasi-bendera-indonesiagif.html



Nanda Dega

Apa Isi Surelmu?

Mengirim sesuatu tidak akan masalah menjadiku. Tahu hal apa yang diperlukan, tahu apa yang dibicarakan, serta mengetahui koneksinya. Apa yang dapat membuatmu senang, dan apa yang membuatmu bangga, aku tidak tahu.
 

Berpondasikan sesuatu yang membuatku lain dari yang lain.
Menambah pertanyaan pada yang lain.
Aku pun berhenti.

Tidak pernah terfikir olehku akan apa yang terjadi setelahnya.

Kata-kata sederhana kurangkai,
agar tidak terjadi kesalahpahaman.
Bukan berarti mengganggu atau pun mengintai.
Sudah tugasku untuk menerjemahkan.

Lalu, apa selanjutnya?

Sesuatu tumbuh padaku.
Hal baru muncul dalam bio-ku.
Hal aneh juga bertamu kepadaku.

Dan hal baru apa yang telah kau manfaatkan?

Pernah berfikir akan apa yang terjadi setelahnya,
tapi aku tidak peduli biarpun telah kubahas sebelumnya.
Mengulas sesuatu yang membuatku ingin.
Apakah yang tengah kufikirkan?

Hanya menepi. Ego, tidak dengan yang lain.
Aku juga belum tahu apa isinya.
Yang aku ingin waktu itu adalah tahu.
Kenapa penasaran menghantuiku?
Sangsi, aku yakin dengannya. Kar'na, adakalanya aku membutuhkan itu.
Untukku, bertahan hidup.

"Satu hal yang bisa kulakukan untukmu."

Tidak pernahkah kau berfikir aku akan mengeluarkan kalimat terakhir itu padamu?

Kebutaanmu dalam memahami membuatku kuat, tapi sisi yang lain dilemahkan.

Mungkin tidak akan membicarakan hal-hal yang aneh.
Bahkan, belakangan ini aku telah berkomitmen pada ego,
walau memang, terkadang aku pun tercatat sebagai pelanggar.
Mungkin aku butuh beberapa bantuan di sini.

Mungkin para satwa bisa mengambil jalurnya masing-masing.
Dan mungkin para flora juga dapat berjalan di jalannya masing-masing.

Mengerti?



Nanda Dega

Did you get sceptic day? sanctions day?

Kejadian ini sih sebenarnya udah 2 hari yang lalu.
Tapi agak aneh juga diakhir-akhirnya.
Ga biasanya.


"emang ada apa, Dega...???"



Jadi tuh, 2 hari yang lalu adalah hari pertama gua masuk sekolah.
Setelah bermalas-malas ria di rumah dan di tempat-tempat terjangkau lainnya,
akhirnya waktu libur menunjukkan angka nol dan gua dipaksa untuk pergi berkunjung ke sekolah.

""Berkunjung??!""


oh ya..
Pas mau buka pagar rumah, gua ngeliat si bola putih lohh..
Pengen dipotret, tapi udah ga sempet.
eerrrr.. kesel gua gak abadikan momen itu.
errrgghhh...
eeerrrgghhhh...
eeeerrrggghhhhh...

Lanjut ajaa..!

Iya tuh.. mau buka pagar buat enyah ke sekolah.
Pas udah nyampe, seperti biasanya para penghuni kelas beradu cepat untuk mendapatkan tempat duduk yang mereka inginkan.
Dan disaat bel sekolah berbunyi pun, masih banyak penghuni yang tidak siap dengan apa yang mereka dapatkan.
Gua diem-diem aja di tempat gua.
Dan guru-guru pun datang silih berganti menyesuaikan apa yang telah mereka terima.

Dan disaat guru Matematika gua muncul,
gua pun dikejutkan dengan kalimat: "ya.. ibu, wali kelas kalian."

Ga kok, ga kaget-kaget amat.

Tapi itu ga akan pernah bikin gua kaget. Apalagi ragu-ragu.
Disaat pemilihan pengurus kelas,
disaat itulah gua mulai ragu-ragu.
Bagian ini merupakan bagian yang PALING gua BENCI diantara semua bagian di kelas.
Jantung gua selalu memukul-mukul dada gua,
seperti gua diperingatkan untuk menyelamatkan diri dari bahaya tersebut.
Dan memang benar adanya, itu adalah BAHAYA buat gua.

Alasan mengapa gua selalu skeptis,
alasan mengapa gua selalu sangsi disaat momen itu terjadi adalah kar'na gua takut kepilih.
Gua, yang memang dasarnya ga tertarik dengan semua hal yang berhubungan dengan pengurus kelas ini,
pasti selalu memasang wajah takut.
Ga pernah jarang juga buat ngumpet dari momen itu,
bahkan ga pernah jarang juga untuk kabur dari BAHAYA tersebut.
TAPI GAK PERNAH BISA!! AAAAAAA!!! *ceritanya lagi teriak*


Dan gua berpikiran untuk tidak mencolok dari semua penghuni yang ada disana.


Awal pemilihan adalah ketua kelas,
dan yang PALING MEMBANGGAKAN adalah GUA GAK KEPILIH.
yeeeeeee.....!!! *teriak di atas menara*
ya..,
saking senengnya gua, kar'na nama gua TIDAK tercantum pada wilayah ketua kelas.

Sempet ketawa riang juga,
gara-gara ada yang bikin ketawa.
Padahal janjinya ga mau mencolok.
Tapi waktu itu ketawanya gua kontrol kok.

Dan disaat sampai pada wilayah sekretaris,
salah satu penghuni menyebutkan "nama indah" gue dengan kerasnya. #tandapromosi
Dan disaat itu juga emosi gua mulai membara.

KENAPA GUA YANG DISEBUT?
KENAPA HARUS GUE..?
EH.. APAAN SIH!!
JANGAAANN...!!!

Dan gua sempet lega juga kar'na wali kelas gua menunjuk ke salah satu penghuni yang memang tahun lalu ia terpilih menjadi sekretaris.
Tapi, entah mengapa kebahagiaan gua hanya BERLANGSUNG BEBERAPA DETIK saja.
Si penghuni itu menyebutkan "nama indah" lagi sebagai tanda promosi.
Beralasan kar'na......

Dan si penghuni yang tidak setuju namanya terpampang nyata di wilayah sekretaris tersebut,
mulai membela dirinya agar ia tidak lagi diberatkan dengan jabatan tersebut.
Dan akhirnya...
Raut muka pun mulai berubah.
Yang tadinya seneng banget, jadi melankolis.
Mereka telah menang. #sedih

Dan disaat itu terjadi, gua mulai cari-cari alasan supaya gua bisa terlepas dari jabatan tersebut.
Agar gua bisa berani berkata di luar kelas.
Tapi..
entah mengapa ketakutan gua mereda.
ia mereda lebih cepat dari apa yang gua pikir.


Waktu terus berjalan, dan gua masih ga takut dengan jabatan yang pernah membuat gua pengen ngumpet itu.
Gua pernah berpikir begini, bahwa salah satu cita-cita gua adalah menjadi penulis.
Dan dari apa yang telah gua lihat dari seorang sekretaris, pengalaman-pengalaman tentang mereka,
yang mana berhubungan dengan kegiatan tulis-menulis.
Gua memang ga suka dengan apa yang gua dapat itu,
tapi di satu sisi gua bersyukur dengan apa yang udah nimpa gua.
Gua ditugaskan dibidang tulis menulis.

Gua girang, robek-robek bantal, pesta teh.

Ya..
melalui sarana itu, gua meyakini kalau gua sedang dilatih untuk menjadi seorang penulis.
Gua gundah, gua terima, dan gua belajar.
Belajar untuk mengejar cita-cita gua.

T'rima kasih, Yang Maha Kuasa.



Nanda Dega

What's Up?

Lihat! Awan-awan berkumpul menenda wilayah ini.

Lihat! Angin sejuk berhembus lembut mengeringkan badan dari peluh.

Lihat! Roda-roda berotasi kar'na sebabnya.

Lihat! Audio & Visual bermunculan.

Lihat! Mereka kembali berkumpul.

Lihat! Musik mengalir memenuhi hasrat si pendengar.

Lihat! Kata-kata aneh terangkai indah.

Lihat! Pepohonan menari-nari lembut.

Lihat! Nyala lampu-lampu ada di tengah-tengah kegelapan.

Lihat! Kesepian menggembirakan seseorang.

Lihat! Ketenangan berkunjung di wilayahku.

Lihat! Bayangan ada di depan rumahku.

Lihat! Bintang-bintang menyejukkan si bocah.

Lihat! Film-film lama ditonton bersama.

Lihat! Patung kecil berpose umum.

Lihat! Pakaian-pakaian berayun-ayun pelan.

Dan Dengar! Hal baru telah bocah dapatkan.



Nanda Dega

Look! Holiday

Hari sebelum Sabtu, kumerenung tentang esok.
Tak tahu apa yang harus dilakukan.
Tak tahu kapan akan membuat daftar kegiatan selama liburan.
Tak tahu kapan gue laksanakan kegiatan-kegiatan di daftar gue.

Sejujurnya sih, pernah yang namanya buat daftar kegiatan apa aja selama liburan. Dah zaman kapan tu mah. Dan semua itu hanya jadi pajangan belaka.

Waktu itu daftar kegiatannya di tempel di pintu lemari kamar.
Dan daftar itu juga sebenarnya 'terinspirasi penuh' dari kakak gue.
Sekarang pun masih ada tuh daftar kakak gue yang di tempel di lemari kamar juga. Cuman keadaannya ga sama kayak awalnya.
 
Melihat apa aja kegiatan yang ingin dilakukan kakak gue lewat tulisan daftar rapihnya itu, membuat gue ikut-ikutan. Tapi ga ikut-ikutan sepenuhnya. Tapi pernah kok gue kerjain beberapa dari daftar yang gue buat.

Seengganya ga sia-sia-in isi pulpen.

Mama gue pernah marah gara-gara gue ga penuhin janji-janji gue di daftar gue.
"ngapain ngikutin kakaknya. ga ada yang kamu kerjain. buang tu!" #sakitnyatuhdisini

Tapi itu udah lama banget. Zaman-zamannya gue masih lugu. Dan sekarang pun ga jauh beda lugunya. #azek

Untuk daftar ciptaan gue itu, gue ga tau kemana jejaknya berakhir.
Apakah berakhir di tempat sampah atau di kumpulan barang-barang bekas milik gue?

Sejarahnya masih misteri.
 
Dan apa yang gue pikirkan sekarang, apa yang akan gue lakukan di hari libur penuh harapan itu?

Udah ada beberapa. Dari tadi pagi habis pulang sekolah udah kepikiran buat cuci 'pakaian kaki'.


"Udahlah, besok aja. Ngeblog dulu."
*Bilang ke diri sendiri*

Yaudah, akhirnya gue putuskan untuk menjadikan hari esok hari mencuci. Tapi cuma sepatu aja ya.
Sedari SMP gue sering-sering cuci sepatu dan kawannya di akhir pekan.
Melihat kerusakan pada si sepatu, Mama gue nasihatin supaya jangan lagi sering-sering cuci mereka.


"Trus, lu mau ngapain?"






Maunya sih begadang, tapi ga ada tontonan yang menarik.
Pengen baca novel, tapi ga tidur siang. Takutnya dijeda sama kantuk.
Pengen jalan-jalan di malam hari, tapi ga pernah terlaksana.

Ya.. salah satu aktivitas favorit yang pengen banget gue lakuin.

"Berjalan di malam hari"


Gue bisa ketemu sama yang namanya 'ketenangan'. Gue bisa ber-sua dengan 'kebebasan'.

Bersuka ria menatap langit malam, si bintang, si bulan, si pohon, si tanah, dan masih banyak "si" yang pengen ditatap. Emang udah dasarnya nocturnal, lahir malam hari. Mungkin itu salah satu dari sekian banyaknya alasan kenapa gue bisa satu sifat dengan kalong.

Dan bernostalgia lewat lagu-lagu yang gue denger lewat earphone sambil berjalan malam.

Mumpung besok libur kan. hehehe.. :D

Untuk hari esok, gue kurang tau. Apakah novel ada di tangan, gegoleran, earphone terpasang di telinga, berhadapan dengan komputer, sapu markas, atau hal-hal lainnya bakalan gue lakuin, gue ga tau.
Semoga aja bisa bantuin orang tua juga. *amiinn*


-sekian-



Nanda Dega

Moment to Monument

Berfikir dan menatap layar. Lewat jendela nan besar kututup mata dan kubayangkan masa-masa yang telah kulewati, merajut hal yang telah kukumpulkan di waktu lalu.

Saat ada bagian yang hambar mulai kupikir kembali lagi dan lagi. Terus kuingat dan kuingat akan hal yang ada pada bagian itu. Tapi pada akhirnya aku pun mengaku kalah kar'na banyaknya memori yang hinggap. Dengan senyuman manis dan rasa sesal kar'na tak bisa tercapai hal itu. Terus kulakukan di depan kaca besar dan cahaya yang menerobos ini. Layaknya layar kaca, aku pun penontonnya, 'Menikmati yang kutonton'.

Angin sekonyong-konyong lari menujuku. Angin yang tak tahu sopan santun, namun memberi manfaat bagiku. Menyegarkan, menyejukkan. Kembali kuciptakan lengkungan senyum di bibir ini. Dan tak sengaja memori yang dulu, memori yang lain muncul dalam benakku. Sambil menatap langit, merajut kembali.

Lain sebagainya telah kulakukan di masa itu. Sampai sekarang pun aku dapat, hanya saja waktu telah berubah. Segalanya berubah, berbeda.

Kuambil secangkir teh hangat yang telah kubuat sebelumnya. Mulai kuminum air manis kecoklatan ini, tahap demi tahap. "Slurrpp..", begitulah bunyinya. Hingga kuteringat saat-saat di mana aku pernah sakit dan kedua orang tuaku yang mengurusku. Dengan bantuan dan hiburan dari saudara-saudara kandungku pun. Di saat itulah air mata mulai jatuh meluncuri pipi. Degup jantung mulai tak beraturan. Kupajang senyum kemudian sambil menahan rasa rindu yang mendalam. Lebih dalam dari laut yang kedalamannya 15 juta meter menurutku. Hingga kutertawa kar'na opiniku yang berlebihan.

Kuhabiskan dan kuletakkan cangkir putih nan kecil ini pada meja itu. Berjalan dengan pelannya langkah, kucapai dan kembali kemudian. Benang memori kembali kurajut.

Mereka. "Apa yang kulalui bersama mereka?", tanyaku. "Oh, iya. Ada!", seruku. Mulai kuterpaku diam sambil mengingat-ingat. Teringat dari sekian banyaknya ingatan mengenai mereka sampai kusebut apa saja itu.

Begitu banyaknya benang memori yang kupunya, sehingga bingung menentukan bentuk apa yang akan aku ciptakan.

Banyak hal dan banyak persoalan yang dilakukan dan terjadi. Bisa saja itu terjadi kembali keesokan harinya, namun akan berlainan dengan apa yang telah berpondasi. Legenda yang terdengar, konversasi yang terjadi, pemandangan yang terlihat, dan berbagai tulisan yang terbaca, menambah sesuatu pada diri ini.

Inginnya kuciptakan mesin waktu untukku mengubah segalanya. Andaikan aku lebih dari pada Albert Einstein dan andaikan Tuhan mengizinkan. Aku ingin.

Tapi..
Aku tahu bahwa itu salah.
Bukan jalurnya aku harus ada.

Pertunjukkan pun selesai. Tapi, besok akan ada tayangan baru dan mungkin akan ada bagian yang terulang.

-

Kantuk pun datang berkunjung dan aku tak bisa mengindar. Akhirnya kuikuti tawarannya dan kutuju tempat tidur. Pada kasur empuk, kujatuhkan raga ini dan mulai kututup mata, yang sebelum-sebelumnya berdoa bagi esok.

Bertumpuk-tumpuk membentuk monumen, hingga aku bisa mempelajari sejarah yang ada didalamnya.

Menghabiskan waktu, ber-asa kini dan nanti.
Kemarin dan hari ini, begitu berjangka pendek.




Nanda Dega

Kebun Mimpi

"Apa yang kau bicarakan? Mana ada kebun mimpi!
Dasar gila!"



"Aku sudah mengatakannya. Tapi, kenapa dia ga percaya ya? Yang lebih parah lagi, dia nganggep gue 'gila'.
Yaudalah, ga usah ditanggepin toh nanti juga dia bakalan nganga lebar setelah gue dapet kebenaran tentang 'Kebun Mimpi' itu."
 
-................-


"Huh, percuma gue kasih tau tuh orang! Kenapa pikiran pertama gue ke dia ya? Yasudah, pening rasanya mikirin kejadian kemaren. Mending beli cemilan dulu dah. Berangkaat!"


"Baiklah, akan kupersiapkan semuanya. Mmm makanan, minuman, tenda, pasta gigi, dan ini. Yang lain sudah, tinggal kunci rumah dan melakukan segalanya sebelum meluncur."

Aku sudah bilang padanya: "Jangan mengada-ada! Masih kecil sudah mikir yang aneh-aneh. Dasar anak-anak!" Belum cukup kubentak, masih saja anak itu menghayal. Aku menyerah. Aku biarkan dia berlaku sesuka hatinya, melakukan hal-hal yang anak-anak inginkan di masanya. Mungkin ini gara-gara aku sudah terlalu menjauh dari usia muda.

"Huhhh"

"Aku heran, kenapa orang-orang menatapku begitu? Memang aku ini apa! Dasar gila! Tapi, sudahlah. Mungkin memang mereka yang sudah tidak waras."

Melihat ia dibicarakan orang-orang. Aku pun skeptis dengan apa yang akan dilakukan anak itu.


Teman-temannya membicarakannya di sudut


"Perjalanan ini sungguh melelahkan. Memang beginikah sistemnya? Huh.. Aku harus berjuang! Kalau hanya diam dan berbicara, aku tidak akan bisa membuktikan kepada mereka bahwa aku mampu. Ayolah! Be strongest!"

Tidak pernah berfikir hal apa yang akan dihadapinya. Aku hanya bisa berdoa pada Yang Maha Kuasa, agar ia bisa mengejar apa yang diinginkannya.

"T'rima kasih Tuhan, kau telah mendorong anakku hingga sejauh ini"


Seseorang mengatakan padaku kalau aku harus ini dan harus itu. Dan seorang yang lain mengatakan padaku kalau aku tidak boleh gampang percaya. Dan yang lain mengatakan padaku kalau aku harus membuktikan segalanya.
 
"Apa ini?
Mana yang harus kuyakini?
Ada apa dengan dunia?"


Mereka cuma media.
Mereka cuma hal yang digunakan untuk kehidupan kita selanjutnya.
Mereka, begitu juga saya.

Kau tahu, segalanya memang penuh dengan misteri. Nian banyaknya rahasia yang harus diungkapkan. Cara untuk kita bisa mengetahui rahasia itu adalah mencoba dan berusaha.



Nanda Dega

where is everyone?

"Kau mengerti dengan apa yang aku katakan? Tahukah kau betapa itu penting untukku? Aku yakin kau belum mengerti dengan apa yang aku katakan barusan. Atau, memang kau tidak mengerti dan tidak akan pernah mengerti. Segalanya telah merubahku. Apa yang harus kulakukan? Kau bahkan tidak pernah mengeluarkan kata 'kubantu' padaku. Aku muak diperlakukan seperti batang besi berkarat. Aku muak diacuhkan seperti pintu rusak yang tergeletak pada tumpukan puing. Aku muak terhadapmu, juga pada mereka. Perlukah aku membeli hati dan perasaan baik untuk kalian supaya kalian tidak membelot padaku? Jika kalian membaca ini, aku yakin yang ada pada kalian tentang aku saat ini adalah aneh, menjijikkan, seseorang yang tak patut untuk diajak bergaul, biadab, atau hal lainnya. Begitu kecil kemungkinan kalian bisa membaca 'lembaran' ini. Luangkanlah waktu untukku sebentar. Apa semua orang telah ditetapkan untuk menjadi sama halnya dengan ini? Haruskah selalu aku yang meluangkan waktu untuk kalian? Tidak cukupkah perilaku kalian menandai diri ini? Begitu ironisnya hubungan. Haruskah aku memiliki sesuatu, mencari sesuatu yang kalian gemari agar diantara kita tidak ada jarak lagi? Hal bodoh apa lagi yang harus kuperbuat untuk menyenangkan hari kalian? Bisakah kalian mengembalikan apa saja yang telah kalian renggut dariku? Aku tidak ingin seperti ini, dan aku yakin kalian juga tidak akan suka jika diperlakukan seperti itu. Bisakah kalian berpikir sebelum bertindak? Bisakah kalian menempatkan diri kalian terlebih dahulu sebelum melakukannya padaku? Biar aku tekankan: 'Aku bukan binatang percobaan!'. Dengan sewenang-wenangnya kalian menggunakan apa yang telah kalian dapatkan. Tidak pernahkah berpikir hal apa yang akan terjadi selanjutnya, tentu saja tidak. Jika kalian ingin, janganlah melakukan hal yang salah. Toh, aku akan berpikir kalau kalian adalah orang jahat. Apa kalian mau jika orang yang kalian inginkan pergi menjauh dari kalian karena langkah salah yang telah kalian ambil? Apa keputusanmu, pikirkanlah dahulu! Kutunggu hingga tengah malam, atensi tidak ada yang muncul. Hanya mendapat hembusan angin dingin dari pantai. Begitu banyak pertanyaan yang ingin aku kau lihat, seolah-olah aku adalah guru bagi kalian. Yang asing saja memperlakukanku bagai aku ini sedang dikarantina. Sangat menjijikkannya tindakannya itu. Untungnya aku tahu hal jahat apa yang telah ia lakukan padaku. Untungnya aku belum melakukan hubungan pertemanan padanya. Dan untungnya aku belum pernah menyapanya apalagi menyentuh peralatan-peralatannya. Menyentuhnya saja aku tidak ingin. Aku tidak akan berkomunikasi dengannya. Menjawab pertanyaannya saja akan kujawab dengan asal. Aku adalah cermin. Jika kalian memukul cermin, maka bayangan kalian akan melakukan hal yang sama dengan yang kalian lakukan. Ya.. beginilah aku. Aku yang sudah berada di dalam lingkungan pengkarantinaan selama bertahun-tahun. Kalau begitu, abaikanlah. Jauhi aku. Jika kalian tidak suka padaku, janganlah mencari persoalan kepadaku! Aku bukan 'tuan masalah'. Cukuplah sampai disini saja. Aku lelah, benar-benar lelah. Rasanya tidak mampu bangkit dari kasur kasarku. Sia-sia aku menceritakannya pada orang lain, toh pada akhirnya beban yang membahu ini tidak akan turun dari tempatnya.
Kemarilah, akan kubisikan sesuatu pada kalian.."



Nanda Dega

tolong ambilkan sedotan untuknya!

Kali ini gue bakalan bawain kisah dari salah satu benda dari loker gue.
Sebelum itu, gue bakalan kenalin tokoh-tokoh yang udah berjasa dalam kisah ini;
Kakak #1, Sendok, dan gue.

Waktu itu hari Minggu dan cuaca panas *perkiraan*.
nah, kar'na cuaca yang gue prediksi itu bakalan panas membahana,
makanya gue berniat untuk membeli pencuci mulut dingin di... *liat gambar nanti juga tau*

Sebelum itu gue bilang ke kakak gue kalau gue bakalan beli pencuci mulut itu,
dan kakak gue dengan senang hati memberikan penawaran berupa "Percobaan terhadap produk".
Dan akhirnya gue turun ke lantai satu -waktu itu ada di lantai dua- dan langsung menuju ke tempat.

Saat-saat kesempatan mulai muncul buat gue,
saat-saat gue ga perlu ngantri panjang buat beli salah satu produk.
Langsung memesan dan menunggu sampai akhirnya gue dapat tuh pencuci mulut.
Warna putih bercampur sirup asli anggur dengan sendok tertancap di puncaknya.
Dan langsung gue menuju lantai dua dan menemui kakak gue.
 
Percobaan pun dimulai

Disinilah hal aneh terjadi.
Disaat kakak gue ingin melahap pencuci mulut tersebut, dia pun menyedotnya.
Wajar sih, memang sendoknya yang diciptakan memiliki lubang besar di atasnya.
Tapi, kakak gue ga merasakan adanya keganjilan dari sendok itu.

"Kenapa sedotan lubangnya kotak?!"
  
Dan saat itu terjadi gue mulai nahan ketawa.
buat jaga martabat keluarga gue dan sembunyikan rasa malu.
Untungnya hal itu ga berlangsung lama.
Untungnya kakak gue cepat menyadari tindakannya itu.
Dan untungnya orang-orang di sana ga merhatiin kejeniusannya itu.

Huhhffett...

Pesan moral yang bisa gue sampaikan adalah jangan menyamakan sendok dengan sedotan.
T'rima kasih kakak, kar'na sudah memberikan pelajaran batin buatku.
Semoga ini tidak terulang lagi dan kalian bisa lebih berhati-hati dalam menggunakan produk.







-Sekian-


Nanda Dega

makanan... oh minuman

Post-an kali ini tentang makanan.
Iya.. makanan!!
Dan gue bakalan sisipin minuman sebagai pelengkapnya.

Ide kali ini sebenarnya bukan ide gue.
Bukan gue yang menciptakan ide ini untuk buku umum gue ini.

G: Kak, kasih tantangan dong!
K: mmhh.. tentang makanan aja. Kakak lebih suka makanan.
G: *ragu memendam rasa*

Dan pada akhirnya gue gunakan ide itu.
Tapi, gue ga akan nge-posting bahan-bahan dan alat yang akan digunakan,
atau merk-merk kue yang gue suka,
atau berapa besar listrik yang dipake,
atau berapa banyak tisu yang kebuang.

Just posting some cutest photos

Rata-rata, foto-foto yang gue dapet dari sini dan sini.
Semoga kalian ngiler dan bertekad untuk membuatnya.


Selamat Menikmati Hidangan.























Nanda Dega

Dear Candle & Flame

     Ajaib! Dengan bentuk dan warnamu yang beragam serta sumbu yang terpasang di dalam, akanku bermain dengan kalian.

     Kalian membantu menerangi disaat lampu mati, saat malam, dan saat gelap menyerang. Tidak berbeda kalian dengan senter atau hal lainnya. Dengan kalian, bisa kuciptakan berbagai bayangan. Berkreasi dengan cahaya seadanya.

     Aku jadi ingat akan masa-masa yang pernah kulalui bersama kalian, wahai penyinar kecil.

     Entah kapan itu akan terulang kembali.


Nanda Dega

Rusak

Apa yang terjadi selanjutnya?

Aku pikir kalian sudah tahu apa yang akan terjadi setelahnya -duduk di tengah taman dengan kemegahan-, atau masih belum tahu bahkan belum memikirkan apa yang terjadi selanjutnya. Jika kalian diculik oleh seseorang saat kalian sedang menikmati alam dengan megahnya, kalian pasti akan ketakutan dan berpikir apa yang akan terjadi pada kalian selanjutnya atau mungkin pada orang-orang terdekat kalian. Tapi tidak untuk orang ini. Aku tidak akan menceritakan hal tersebut karena di saat itu ia sedang pergi menuju restoran termahal di kota itu. Waktu itu malam hari dan di hari yang sama, masih sama di saat ia mengeluarkan senyumnya dan menyebarkannya dengan sembarang. Berjalan melewati sinar remang-remang yang di taburkan oleh lampu jalan itu, tak sama sekali membuat dia ketakutan biarpun di tengah gang kecil nan sepi.

Letaknya cukup jauh dari taman yang ia megahi. Tidak sama dengan "Lapang Hijau", jalan yang ia lalui sangat jelek, bahkan lebih jelek dari seseorang yang tidak membersihkan tubuhnya dengan air, dengan sabun mandi, sikat gigi, pasta gigi dan pembersih rambut. Aku harap aku punya kekuatan atau sihir atau sejenisnya agar jalan itu bisa layak untuk dipakai. Beruntungnya hari itu tidak hujan, kar'na pasti akan merepotkannya dan akan panjang bagiku untuk mendeskripsikan jalanan itu. Mungkin penduduk di sana bisa beralih ke roller coaster atau moving walk.

Di depan pintu berkaca sambil mengusap-usap kedua telapak tangannya dan meniup-niup untuk menghangatkannya. Aku rasa tidak akan berguna, karena restoran itu menggunakan ac. Tidak disangka akan bertemu lagi dengannya. Umumnya jika kalian bertemu dengan hawa dingin pasti yang ada di benak kalian adalah bagaimana cara menghangatkan tubuh kalian atau kapan hawa dingin itu berakhir. Tidak dengannya, ia malah melawannya dengan senyum.

Mendaratlah ia pada pojok restoran masih dengan senyuman manisnya. Sumpit dikeluarkan dari bungkusnya dan santaplah ia -aku hilangkan bagian pemesanan dan makanan yang ia pesan-. Begitu lahapnya ia menyantap makanan-makanan yang ada dihadapannya itu. Saat habis semuanya itu, ia mengelap mulutnya dengan serbet yang telah ia bawa sedari rumah. Aku tertawa kecil melihatnya, "mengapa ia menggunakan miliknya sementara pihak restoran sudah menyediakan serbet di meja makan?"

Waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam, sudah waktunya bagi dia untuk istirahat. Tidak tahu lagi apa yang harus dilakukannya di waktu itu sebelum ia mencapai kamarnya nanti. Dia berjalan keluar restoran dan menemukan hal-hal yang tidak ia ketahui. Dihadapannya terdapat beberapa hal yang menarik hatinya. Aku memerhatikannya dan melihat ia mulai meraih semua itu dan menyentuhnya, membelainya layaknya orang yang dikasihinya. Dia sedang mengapresiasikannya.

Tidak dapat menahan waktu, ia pun meninggalkannya untuk menuju kasur tercintanya. Senyuman mulai dipasangnya. Dia bisa mendapat penghargaan kar'na senyumannya itu. Menggunakan jalan yang sebelumnya tanpa memedulikan sekitarnya.


Nanda Dega

I think I need your help now

"Halo, Penyelidik Dua, dimana posisimu?"
"Penyelidik Dua disini, aku ada di blok 49."
"Bagaimana denganmu Tiga, dimana posisimu?"
"Aku ada di blok 30."
"Oke, kita mulai."


Yang di atas bikinan sendiri, tapi kurang lebih seperti itulah mereka bekerja.
Beroperasi dalam berbagai misteri.
Mereka "pahlawan mungil" buat gue.
Karena di usia mereka yang masih terbilang belia,
mereka sudah bisa memecahkan beberapa kasus yang ada di tempat tinggal mereka di Rocky Beach, California, gak jauh dari Hollywood.


Siapa mereka?
dumdumdum *drum bergetar*


Mereka Trio Detektif.
Seperti namanya, mereka beranggotakan 3 orang,
terdiri dari Penyelidik Satu, Penyelidik Dua, dan yang terakhir Penyelidik Tiga.
Masing-masing mereka memiliki nama: Jupiter Jones, Pete Crenshaw, dan Bob Andrews.
Gue bakalan sedikit menggambarkan masing-masing dari mereka;

  1. Jupiter Jones : Penyelidik Satu yang satu ini adalah pemimpin dari Trio Detektif. Dia sering dipanggil Jupe. Dia punya daya ingat yang luar biasa, dan itu adalah hal yang paling mengagumkan dari dirinya -kecerdasan otaknya-. Tangannya cekatan. Dia agak kesal dengan kawan-kawannya yang sering menyebutnya Gendut, kadangkala Baby Fatso juga keluar dari mulut kawan-kawannya itu. Ga cuman kawan-kawannya yang menyebut Jupe gendut, beberapa orang pun ada yang menyebutnya gendut. Emang ga salah kar'na memang dia yang memiliki fisik seorang gendut.
  2. Pete Crenshaw : Penyelidik Dua dengan panggilannya, Pete, memiliki tubuh tinggi, atletis, dan sangat senang berolahraga. Tapi kadangkala, si pemilik tubuh atletis ini gemetaran jika dihadapkan pada peristiwa yang menantang bahaya.
  3. Dan Bob Andrews : Sering dipanggil Bob, berbadan kecil diantara Pete dan Jupe. Ia menangani urusan data dan riset. Seseorang yang teliti dan rapi sekali dalam menyusun catatan setiap kasus yang dialami Trio Detektif.
 
sekian cuplikan dari penulis muda kita... *Aminnn...*


Begitulah sedikit tentang mereka, wujud mereka, fisik mereka.
Tapi sayangnya mereka cuman tokoh-tokoh fiksi yang dikarang sama Bapak Robert Arthur Jr.
Untuk Bapak William Arden, M. V. Carey, Nick West, dan Mark Brandel, mereka yang ngebantu melanjutkan/memperluas cerita Trio Detektif.

ya, seandainya mereka adek-adek gue.
seandainya mereka kakak-kakak gue.
seandainya mereka tetangga gue.
seandainya mereka saudara gue.
seandainya mereka gua punya. #lohh
seandainya gue salah satu anggota mereka..... *diam sejenak*
Kalau gue jadi salah satu anggota mereka,
mungkin kerjaan gue hanya tertawa.
Kalau gue jadi salah satu anggota mereka,
mungkin kerjaan gue cuman keliling-keliling.
Kalau gue jadi salah satu anggota mereka,
mungkin piring ga bakal gue cuci.
Kalau gue jadi salah satu anggota mereka,
mungkin gue ga akan sapu markas.
Kalau gue jadi salah satu anggota mereka,
mungkin gue ga akan bikin video muter-muter di atas gunung. *I feel free...*
Kalau gue jadi salah satu anggota mereka,
mungkin gue cuman ngenyangin mata doang.

Bisakah kau menjadi berguna, Dega?!
*marah sama diri sendiri*  arrghh..


Pasti bakalan jadi hari-hari yang melelahkan dengan ngurusin berbagai misteri-misteri aneh yang muncul.
Dan gue kagum pada mereka,
yang bisa pecahkan misteri-misteri yang datang berkunjung ke mereka.

Tapi sayangnya bertemu dengan mereka ga segampang gue balikin piring ke rak piring.
Mereka begitu zadul, sehingga perlu pengorbanan yang besar bagi gue buat ketemu mereka.
Udah ada beberapa judul yang sampai di tangan gue,
tapi tetep masih kurang karna kisah-kisah mereka yang bikin gue haus akan misteri.
Ga hanya buku-buku, film-film mereka pun makin buat gue haus akan mereka.
Mungkin suatu saat kamar gue bakalan dipenuhin buku-buku ciptaan bapak-bapak diatas,
atau suara-suara yang timbul dari film-film mereka yang gue tonton.




buku-buku berunsur Trio Detektif yang udah gue baca
*Dikit banget!*


Semoga gue bisa tonton dan baca semua koleksi Trio Detektif. *Aminin dong*
Kalau aja mereka ada di sini sambil bekerja dan gue sebagai pengamat mereka,
mengenyangkan mata dengan aktivitas-aktivitas mereka yang bisa buat gue ternganga lebar.
Mungkin juga bikin gue tidur. Atau buat gue grasak-grusuk kar'na rasa keingintahuan gue.



"Kalau kau menemukan sesuatu, kau bisa menghubungi kami."
-Pete mengeluarkan sebuah kartu yang tak lain kartu Trio Detektif-
???
"Hei, aku pikir aku butuh bantuan kalian sekarang. Sesuatu telah terjadi."
"Baiklah, kau tunggu saja."
 "Pete, Bob, saatnya."


Nanda Dega

Dipecah

Waktu terus berlanjut dan kian mendekati hari gelap. Hari itu masih hari Sabtu dan waktu itu adalah sore. Aku bisa saja menyebutkan apa saja yang telah ia dapatkan setelah kejadian tersebut -pertanyaan dari orang asing- dan menjabarkannya, tapi akan lebih baik jika kalian menyimak hal yang terpenting saja. Aku membutuhkan inspirasi untuk melanjutkan tulisanku, tapi belum ada sesuatu yang dapat kujadikan bahan setelah kejadian "pertanyaan dari orang asing" dan kejadian-kejadian lainnya. Aku bisa saja memasukkan semuanya itu, tapi sayangnya tidak sesuai dengan judul yang telah kutetapkan.

Dia telah berjalan mengelilingi taman indah itu. Dulunya taman itu bernama "Taman Megah", hanya saja sempat berubah nama menjadi "Lapang Hijau". Aku juga mengetahuinya karena aku pun pernah ke sana bersama teman-teman satu klub. Aku fikir dia berfikir kalau tempat itu adalah miliknya, karena aku lihat dia seperti penguasa disaat itu. Untuk hari-hari yang lalu aku tidak tahu. Dia begitu megah hingga orang-orang menatap heran kepadanya.

Aku duduk di tempat duduk yang telah disediakan di sana. Dengan santainya sambil menikmati hamburger dan minuman bersoda yang kubeli beberapa waktu lalu di salah satu toko terkenal di kota itu. Berbondong-bondong mereka membawa bendera dengan gambar yang tidak kuketahui -sejak kemarin aku melihatnya- dengan wajah mereka yang digambar persis dengan bendera kesayangan mereka itu. Kerusuhan terjadi tiba-tiba dan dengan penanganan yang cepat dan tepat kerusuhan itu dapat terselesaikan. Dia menatap mereka dengan tatapan kosong. Ketidakpedulian memancar dari pandangannya itu.

Bekal kecilku akhirnya habis dan sampah kulihat berserakan dimana-mana -ketidakpedulian terhadap lingkungan di saat itu cukup besar-. Dia mendarat tepat di tengah taman dengan gaya megahnya. Tersenyum kepada angkasa dan tatapan penuh senang yang ia sebarkan kepada orang-orang di sekitarnya. Aku merasakan betapa pecahnya disaat itu. Sungguh makhluk yang bisa kusebut cheerful.

Apa yang akan dilakukannya selanjutnya, aku tidak tahu. Sore itu benar-benar dipecah olehnya. Aku duduk tepat disampingnya dan ia tidak menyadarinya.


Nanda Dega

Dear Camera

     Ya, memang tidak selalu kugunakan engkau. Tidak selalu juga kau kumanfaatkan. Tapi aku kagum, juga kepada penciptamu yang kar'nanya telah membuatmu ada.

     Dengan sedikit pengaturan terhadapmu engkau dapat menghasilkan hal yang kuinginkan, biarpun dengan berbagai ukuran yang ada.

     T'rima kasih. Akhirnya, aku dapat menyimpan memori ini sehingga aku tidak mengatakan bahwa aku belum ada untuk mereka.


Untukmu yang tersayang,
Kamera.

Menggila

Dia mulai bergerak.

Bukan aksi yang kuinginkan. Dia hanya merapikan rambutnya, pakaiannya, dan penampilannya. Memang wajar, tapi sangat tidak berguna bagiku. Untuk apa kau merapikan penampilanmu kalau kau belum membersihkan tubuhmu dengan air, dengan sabun mandi, sikat gigi, pasta gigi, pembersih rambut, atau hal lainnya agar kau terlihat bersih, beraroma, dan dapat dipercaya. Benar-benar makhluk yang luar biasa pastinya. Begitu banyak komentar tentangnya sehingga menumpuk layaknya tumpukan pasir. Aku tidak akan menuliskan semuanya, akan kupotong bagian itu.

Hari itu hari Sabtu dan merupakan hari yang istimewa baginya. Dia begitu senang sedari ia menutup pintu rumahnya, terlihat dari senyumannya yang lebar yang ia bawa selama perjalanannya. Aku tidak mengerti, mengapa seseorang bisa tersenyum selama itu. Kuangkat kedua bahuku ke atas -sebagai tanda bahwa disaat itu sedang bingung- dan kulanjutkan. Tak lama setelah ia berputar-putar dengan girangnya, seseorang datang mengunjunginya di pinggir jalan raya dan bertanya, "Apakah kau tahu selai yang terkenal di Swiss?"

Aku yakin pasti ia tidak akan mengetahui hal tersebut. Baginya pertanyaan tersebut tidak lebih dari kekonyolan. "Mengapa hanya datang untuk menanyakan satu hal saja kepadanya dan mengapa hanya dia?" Aku sedikit heran dengan orang ini, mengapa ia harus memilihnya sementara ia sendiri dikelilingi oleh orang-orang yang aku yakin dapat menjawab pertanyaan tersebut.



Nanda Dega

Jalan

Langkah demi langkah kuambil. Terus-menerus kulakukan tanpa arah ataupun kompas. Biarpun jalan berkelok, kendaraan berlalu lalang disampingku, ilalang yang tingginya melebihiku menari-nari lembut, berbagai peralatan porak poranda, bebatuan dengan berbagai bentuk dan ukuran berserakan, hembusan angin melalui, kertas koran berhamburan dan terbang kemana-mana, jendela dari rumah seseorang terbuka lebar atau setengah terbuka, tanah berhamburan di kiri dan di kanan, ataupun melihat orang-orang sedang merayakan pesta. Aku yakin biarpun jalan yang kuambil jarang atau sering dilalui.

Kemudian kutemukan jalan yang membuatku merinding. Entah kenapa jalan ini seperti memiliki aura yang dapat membuat bulu kudukku berdiri. Kelam, suram, awan hitam, petir, atau bobrok semua ada di jalan ini. Semua ini membuatku lelah, sehingga aku teringat hal buruk itu. Bersyukurnya aku kar'na tak berakal untuk masuk kesana. Akan lebih baik kalau aku masuk ke dalam gua yang gelap dan menyedihkan. Mungkin. Mungkin lebih baik dan yang terbaik kalau aku ada di dalam kamarku saja sambil membaca buku favoritku daripada harus menyatu dengan mereka.

Seperti apa rasanya berada di jalan yang sering dilalui, jarang dilalui, atau berada di jalan yang tidak pernah dilalui pasti kalian sudah tahu. Mencemooh, mengumpati, dan mengeluh pun tidak akan pernah menyelesaikan masalah. Kau hanya membuang masamu. Terkadang hal gila bermunculan di jalan seperti anarki, seseorang yang menari-nari, atau hal gila lainnya. Terkadang mereka merekamnya dan menjadikannya bahan lelucon atau sebagai kenang-kenangan.

Banyak hal tak terduga bahkan di jalan. Semua jalan pasti memiliki ceritanya sendiri, begitu pun kalian yang membaca halaman ini. Aku tidak akan memaksa kar'na suatu jalan pasti telah membuat kalian tertarik, tersenyum, atau gembira. Mungkin akan ada banyak hal yang membuat pendirian kalian roboh kar'na kalian memilih jalan itu. Atau hal-hal yang membuat kalian berdiri kokoh di jalan yang kalian pilih. Sekali lagi aku tidak akan memaksa ataupun mengancam kalian. Kar'na aku yakin kalian pasti cukup dewasa dalam hal milih memilih.

Seperti 2 jalan atau lebih yang terpisah oleh genangan air nan luas, pasti kalian akan berfikir bagaimana cara mengatasi hal tersebut. Mungkin kalian akan menciptakan yang namanya jembatan. Dan bisa saja kalian menciptakan jembatan dengan bahan yang berbeda. Dan mungkin tidak harus jembatan, kar'na semakin bertambah masa pasti teknologi akan semakin berkembang. Mungkin saja 50 atau 100 tahun kemudian bukan jembatan lagi yang akan digunakan, bisa saja moving walk dan lainnya. Hanya menerka tapi bisa saja itu terkabul.

Kalau saja kita dapat berfikir secara matang akan jalan yang kita kehendaki masing-masing dan pada jalan tersebut pasti akan ada suatu rintangan yang tiba, namun hal itulah yang dapat membuat kita menjadi semakin kuat, berani, atau teladan bagi orang-orang disekeliling kita.

Bagaimana pun, inilah hidup.


Nanda Dega

Dear Nature

     Hei! Sedang apa? Sejukkah disana? Damaikah disana? Bagaimana sekitarmu?

     Kau itu benar-benar memesona. Indahnya kau, kau tahu? Sudah lama aku mengagumimu wahai penyejuk hati. Kau selalu membuatku ingin memelukmu, mendekatimu, istirahat denganmu. Kau itu memengaruhiku, kau tahu itu? Sihir apa yang kau gunakan wahai hal hebat? Menikmatimu, aku yakin akan bahagia.

     Kau benar-benar berprestasi, kawan.


Untukmu yang tersayang,
Alam.

Dear Friends

     T'rima kasih atas pengalaman-pengalamannya. Maaf atas semua kesalahan yang pernah kubuat.

     Menakjubkan untuk hal-hal yang pernah kulakukan dengan seorang seperti kalian. Perlahan berkenalan, semakin dekat, dan akhirnya berpisah. Dan kadang, perpisahan itu memiliki jangka waktu yang lama. Entah kapan hendak bersua. Entah kapan dapat berbagi kelakar dan tawa kembali. Hanya masa depan yang akhirnya mengendalikan fikiran. Aku pun begitu suatu saat.

     Tatkala bersua lagi, maukah berbincang sebentar?


Untukmu yang tersayang,
Teman-teman.

Old Town

The girl's a fool,
she broke the rules,
she hurt him hard.
This time it will break down.

She's lost his trust
and so she must know all is lost.
The system has broke down.
Romance has broke down.

This boy is cracking up.
This boy has broken down.
This boy is cracking up.
This boy has broke down.

She plays it hard,
she plays it tough.
But that's enough
and love is over.

She's broke his heart and that is rough.
But in the end he'll soon recover.
The romance is over.

This boy is cracking up.
This boy has broken down.
This boy is cracking up.
This boy has broke down.

Ola

This boy is cracking up.
This boy has broken down.
This boy is cracking up.
This boy has broke down.

 I've been spending my money
in the old town.
It's not the same, honey
with you not around.
I've been spending my time
in the old town.
I sure miss you, honey.
Now you're not around.
You're not around
this old town.

Ola
 
This boy is cracking up.
This boy has broken down.
This boy is cracking up.
This boy has broke down.
This boy is cracking up.
This boy has broken down.
This boy is cracking up.
This boy has broke down.

Single
Album














The Corrs Version

Dear Cloud

     Hei, bisakah kau kemari sebentar? Aku ingin membicarakan sesuatu padamu.

     Bisakah kau menjadi kendaraanku untuk hari ini saja. Aku ingin travelling. Menjelajahi bumi dari atas sana. Sudah lama aku menginginkannya. Aku begitu mengagumi alam, kau juga tentunya. Berkumpul dengan kalian di sana sambil memandangi seluruhnya, akan menjadi hal menarik tentunya.

     Kau akan membantuku, iya kan?


Untukmu yang tersayang,
Awan.

Dear Sky

     "Hei..!", teriakku dari teras rumahku. Dengarkah kau kalau pagi ini ada yang berteriak seperti itu? Perlukah aku mengulanginya lagi, sore ini?

     Sedari pagi hingga tempo ini melihat layar lapang itu. Kau, benar kau. Biar awan hitam itu muncul, kau tetap kuperhatikan, tahukah kau? Dari bergaya duduk sampai tidur pun tak ada habisnya. Huffthh.. kau ini.

     Ingin sekali aku berada padamu. Berharap dapat terbang sehingga akan kumanfaatkan kesempatan itu untuk bertemu engkau. Sembari melihat pemandangan di bawah, pasti asyik. Jangankan sayap, mungkin awan perlu berpartisipasi untuk ini. Layaknya transportasi yang dapat membawaku kemana saja tanpa harus berongkos.

Ya.. andaikan..


Untukmu yang tersayang,
Langit.

Dongeng

Apa yang sedang kufikirkan, bukanlah urusanmu. Bukan juga urusan yang lainnya. Hanya aku, dan biarlah hanya aku yang mengetahuinya. Berjalan keluar rumah hingga kucapai pepohonan itu. Pepohonan yang belum pernah aku lihat, pepohonan asing. Lain dari tetangga yang lainnya, mulai kuselidiki. Kuraba dan kurasakan aromanya.

"Tidak apa", kataku. Lalu kubiarkan mereka dan melanjutkan perjalanan yang sebentar tertunda. Betapa bodohnya aku memberi atensiku pada benda aneh itu. Sementara aku berjalan, sekonyong-konyong seorang lelaki tua datang menghampiriku. Tongkat dipegangnya, tapi masih aktif kakinya, benar-benar aktif. Ia tiba dengan wajahnya yang skeptis, sementara aku dengan wajah heranku. Lalu aku dan lelaki tua itu menciptakan sebuah dialog pendek:
Aku: "Ada apa, Ke?"
Kakek: "Kau melihat cucuku?", dengan terburu-burunya.
Aku: "Maaf Ke, saya tidak tahu."
Kakek: "Bohong, pasti kamu tahu!"
Aku: "Engga Ke, sungguh."
Kakek: "Bohong! Atau jangan-jangan, kau itu cucuku?"
Aku: "Bukan Kek, Kakek salah orang."
Kakek: "Huh.. dasar kurang ajar!"
Dan tanpa rasa bersalah, si lelaki tua itu pun pergi dengan sikapnya yang terburu-buru lagi.

"Apaan sih tuh orang!", bentakku. Kukontinukan perjalananku kemudian setelah waktu yang sia-sia itu. Dengan siulan dari mulutku sambil melupakan kejadian aneh itu.

Tibalah kemudian di suatu tempat. Kar'na rasa penasaran yang menggebu-gebu, mulai kubuka gerbang kayu bercat putih itu. Adalah bunga-bunga cantik berwarna hijau yang rapi berbaris di kanan dan kiriku. Hanya berjalan pada jalur yang telah dibuat sebelumnya.

Saat tiba pada penghujung taman luas itu, melihat bukit nan berumput, berhasrat untuk berada pada puncaknya sambil melihat matahari hingga terbenam.

Saat untukku bersantai, setelah hal-hal aneh muncul dalam hidupku. "hhuuuffth.. akhirnya bisa tenang juga". Dan kedamaian yang seharusnya kunikmati untuk beberapa jam, berubah menjadi beberapa menit saja saat kulihat sebuah bunga duduk disampingku dengan anggunnya. Kenallah aku kemudian setelah mencocokkannya dengan bunga-bunga yang ada di taman dibelakangku. Tidak mau berurusan banyak dengan hal aneh lagi, kuhiraukan saja bunga itu dan kembali bersantai. Sesaat kulihat bunga itu dan bunga itu menoleh padaku dan tersenyum. Dia memang tidak punya wajah, namun aku yakin kalau dia benar-benar tersenyum padaku.

Saat kubuka mataku, gelaplah sekitarku. Ternyata aku ketiduran dan waktu sudah malam. Kuperiksa sampingku dan bunga itu sudah tidak ada. Berdirilah kemudian dan segera turun dari bukit. Saat tiba dihadapan taman itu, kabut sekonyong-konyong muncul sehingga perjalanan melewati taman tersebut agak terganggu. Dan sekonyong-konyong cahaya muncul disekitarku, yang tak lain cahaya dari bunga-bunga itu. Aku benar-benar heran dan takut disaat itu. Segera kuberlari dan meninggalkan tempat aneh itu.

Kurasa sudah jauh, kupelankan langkahku kemudian. Terengah-engah kemudian. Aso sejenak dan kembali berjalan 'tuk pulang. "Benar-benar hari yang hebat", kataku dengan kagum-heran.

Tibalah aku di depan pagar rumahku dan mulai kubukakan pintu rumah. Begitu terkejut kar'na yang kulihat bukan isi dari rumahku, melainkan taman aneh itu. Dan seketika itu juga mataku terbuka dan bangkit setengah tubuhku untuk memeriksa sekitarku. Belum yakin benar, mulai kujelajahi wilayah itu. Dengan kepastian bahwa aku berada di puncak gunung namun bukan gunung berapi. Sedikit lega kar'na aku tidak harus terpanggang di sana dan agak takut kar'na aku sudah berada di tempat yang entah dimana.

Air mata mulai berjatuhan kar'na rinduku yang mendalam akan dunia yang sebenarnya. Terlelaplah aku kemudian kar'na lelahnya. Dan saat kubuka mataku, sadarlah aku ada disuatu ruangan. Kulihat pintu disana dan kucapai itu. Kuperiksa dan ternyata ruang tamu. Gembira kar'na akhirnya aku berada di tempat yang tepat. Seketika itu juga aku sadar kalau aku selama ini sedang bermimpi. Dan kembali aku berbaring di kasurku untuk melanjutkan jadwal istirahatku. Tak dapat dipungkiri lagi, bahwa mimpi yang aku alami adalah sama dengan dongeng yang aku baca sebelum aku tidur malam itu.



Nanda Dega