Bartender



Perhatianmu padaku tatkala aku tatap kamu di depan pintu masuk.
Kemahiranmu menyapu bersih gelas-gelas dengan kain putih bersih milikmu.


Beraninya kau membaca umurku tatkala aku sampai di tempat yang menghadap kamu. Pijakkan dan lebarkan kedua tanganmu, seolah-olah kau ingin memalakku. Bertanya kemudian, dengan keseriusanmu apa yang hendak aku pesan. Kau beraninya menawarkanku minuman itu, menyertakan kelebihan serta sejarahnya, hingga aku dengan pasti dan senang memilih minuman yang kau tawarkan. Melihat botol demi botol tatkala pramutama itu sedang mencari minuman yang aku pesan. Kulihat sekeliling, hanya sepi dan artistik yang hadir.


Kubalikkan pandanganku, putar 180 derajat, melihat pemandangan jalan raya yang basah dan jarang dilalui. Lampu-lampu pada toko-toko diseberang mulai berkurang kekuatannya, tak sama tatkala aku pertama kali lewati jalan itu.


Kau sudah meletakkan pesananku di belakang, mendengar suara gelas yang berisi, menduduki meja panjang yang memisahkanku dengan sang pramutama. Lagi-lagi kau berani bertanya padaku, dan lagi-lagi aku meresponi. Terlalu banyak pengalaman bercerita denganmu membuatku menempelkan stiker bertuliskan "pendengar yang baik" padamu.Tidak jarang jua kami saling menghibur dan berkisah di tengah sepi dan artistik.


Semakin lama kau semakin hafal apa yang akan aku pesan, padahal terlalu jarang aku tiba. Mengingat di mana seseorang pernah memintamu berfoto bersama, namun kau menolak kar'na sibuk tidak memperbolehkan.


Setelahnya, disebabkan hasratku pada rumah adalah besar, aku putuskan untuk pulang sekaligus mengistirahatkan ego. Kuperiksa kembali barang-barangku dan meletakkan sejumlah tip di samping gelas bekasku sebelum aku melangkah ke jalan basah yang di luar sana.




Nanda Dega



0 komentar:

Posting Komentar