ALARM



Hari ini Dia bangun pagi, sekitar jam 5 a.m. Dengan kaos putih yang kusut dan rambut yang terombang-ambing, ia bangkit. Setengah bangkit, kemudian bangkit sepenuhnya, melihat seekor anjing yang masih tertidur di lantai kayu dengan bulunya yang nian halus walaupun hanya dilihat.


Dia pun berjalan menuju ruang mandi, dengan handuk yang sudah ada di sana sejak malam lalu. Rambut yang tadinya terombang-ambing kini layu akibat kalah bertarung dengan sang air. Dia pun meneciskan diri dengan pakaiannya yang putih dan kasual. Pergi ke meja makan sebelum pergi ke kantor. Sudah tersiap untuknya dan anjingnya. Dengan bulunya yang halus dan berwarna kuning-kecoklatan datang menghampiri piringnya yang bertuliskan angka 8. Si 8 sudah besar dan sangat nyaman untuk dipeluk. Menggonggong dua kali sambil melihat ke arahnya setelah melahap semua makanan di piring berangka 8 berarti terima kasih. Dengan senyuman dan belaian di kepala 8 sebagai balasannya.


Jam mengatakan kalau Dia harus pergi ke kantor. Dia tak bisa memeluk erat lebih lama si 8. Si 8 tampak sedih dan takut, melihat tuannya sudah memegang kunci mobil dan tas kantornya. Dengan cepat, 8 menghalangi pintu sebelum tuannya menarik ganggang pintu. Menatap sedih, berharap tuannya tidak pergi. Tapi ia juga tidak tega meninggalkan 8 sendirian. Dengan berat hati —lagi—, ia meninggalkan 8 di dalam dan mengunci pintu. Itu dilakukannya agar 8 tidak kabur seperti yang sudah-sudah.


8 menggonggong keras dibalik jendela, memohon tuannya untuk tidak pergi. Dia menatap balik 8 dibelakang setir. Hal tersulit adalah saat mulai memutar kunci dan meninggalkan rumah.


8 terus menggonggong hingga tuannya tidak terlihat lagi. 8 menundukkan kepalanya dan menunggu kemudian di balik pintu putih, tempat di mana 8 akhir-akhir ini melarang tuannya pergi ke kantor.


Dia menelusuri jalan sekitar 1 jam dengan mobil Chevrolet Camaro hitam miliknya menuju kantor. Biasanya dia mengajak 8 jalan-jalan dengan mobilnya dari pagi hingga sore hari. Tidak jarang juga dia memikirkan 8 yang sedang sendiri di rumah dan akan membuatnya menunggu hingga malam —lagi—.


Berjalan ke selasar menuju tempat parkir. Dengan tas kantor yang ia genggam sambil terburu-buru. Meraih pintu mobil dan membukanya, menutupnya kemudian dan mulai memutar kunci. Dia pun tancap gas dan siap 'tuk sampai di rumah.


Dia pun sampai dan mulai membuka pintu mobil Chevrolet Camaro hitam miliknya. Meraih kunci yang ada di kantong celana sebelah kiri dan memasangkannya pada pintu rumah. Nampak di situ anjing berbulu kuning-kecoklatan yang tengah menari riang sambil menggonggong. Dia pun merendah dan membiarkan 8 menjilati kedua pipinya. Dia memeluk 8, begitu juga 8, menutup mata sembari melepas rindu. Tindakannya untuk menunggu, akhirnya terbayar jua.


Semua pintu dan jendela sudah dikunci. Lampu-lampu di rumah yang tak terpakai dimatikan, hanya lampu di ruang tamu yang masih menyala. Masing-masing dengan rapi duduk di atas sofa sembari menonton acara komedi yang sering mereka tonton pada malam hari. Sesekali ruang tamu diisi dengan gelak tawa dan gonggongan, bahkan sampai menggema hampir ke seluruh sudut. Tidak lupa Dia mengusap lembut kepala 8 yang saat itu masih menonton. Gelak tawa dan gonggongan pun berlanjut.


Jam berkata, sudah saatnya 'tuk tidur. TV dan lampu dimatikan. Tuan dan rekannya pergi tidur.


Keesokan pagi, 8 berdiri menatap tuannya yang masih terbaring sembarang di atas kasur. Alarampun berbunyi membangunkan si putra tidur. 8 masih melihat tuannya. Tuannya membalas tatap kemudian, terheran-heran mengapa 8 tidak menggonggong padanya. Dia pun berjalan melewati 8 menuju ruang mandi. Kembali basuh raga di pagi hari masih dengan tujuan yang sama —bekerja—.


Tuannya berpakaian serba hitam, kecuali kemejanya yang berwarna biru muda. Dia siap berangkat, tapi 8 tidak. 8 mengikuti tuannya di depan. Sebentar ia berbalik sambil menggonggong kepada tuannya agar jangan pergi. Tapi usahanya nihil. Begitu juga untuk esok, esoknya lagi, dan besoknya lagi.


8 tak pernah berhenti menghalangi tuannya pergi. Ia hanya ingin bermain puas bersama tuannya seperti dulu, saat keduanya masih memiliki kebebasan.


Di sisi lain Dia sedih. Entah kapan ia bisa mengajak 8 bermain puas lagi. Entah sampai kapan 8 melakukan ini padanya. Entah kapan 8 menggonggong padanya lagi saat Dia masih tidur. 8 menatap lama pada tuannya, tapi sayangnya tuannya mengerti apa yang 8 inginkan. Tuannya pun merancang rencana.




Dengan lagu instrumental yang menemani keduanya di teras, keduanya sama-sama menonton langit. Waktu itu langit tengah kosong. Penduduknya tak ada yang keluar rumah. Sangat biru.


Dia mengelus 8 dari kepala hingga punggungnya, masih dalam posisi bersantai. Sesekali, angin menyejukkan keduanya, begitu juga minuman yang tersedia di samping tuannya dan di depan 8.


Keduanya kemudian memutuskan untuk pergi. Dengan Chevrolet Camaro hitam menuju taman di pusat kota. Jendela dibuka bagi 8 agar ia bisa menyapa lagi pada dunia. Tuannya hanya tersenyum melihat gelagat 8. Seusai memarkirkan mobil, 8 dan tuannya pun turun.


Mereka terlihat sangat gembira melakukan perjalanan ditemani bermain puas di taman yang nian lapang itu. Langit pun menghitam tanpa mereka sadari. Tuannya memutuskan untuk kembali ke mobil, tapi serbuan air menghalangi niatnya sehingga mereka terpaksa berteduh. Tuannya duduk di samping 8 hingga membuatnya dijilati oleh 8 kar'na kedua pipinya yang sempat kena serbuan air. Tuannya mengambil sapu tangan dari saku celananya dan mencoba mengeringkan 8.


Setelah awan nimbostratus kehabisan air, 8 dan tuannya melangkah pergi ke tempat parkir. Sesampainya di sana, tuannya mengeringkan rambut dengan handuk berukuran sedang yang sempat dibawanya, kemudian melakukannya pada 8. Kunci pun diputar tuannya dan tancap gas kemudian. Setibanya di rumah, 8 dan tuannya pergi mandi. Hujan pun datang kembali.


Dia mampir ke ruang tamu diikuti 8. Menyalakan TV dan mulai mengorek saluran tiap saluran, berharap bisa menemukan acara yang diinginkan. Sesampainya pada salah satu saluran, Dia pun meletakkan remote TV di meja kaca yang ada di depannya dan mulai mengunyah adegan demi adegan acara yang ditontonnya seperti popcorn yang sedang dilahapnya. 8 pun tak ketinggalan 'tuk mencoba popcorn dari tuannya.


Tiga jam telah berlalu. Tiga acara telah dilahapnya. Tuannya mematikan TV kemudian, dan menuju ke perapian, masih diikuti oleh 8. Jam menunjukkan pukul 8:30 p.m.


Dia menyulut api pada bongkahan kayu di perapian. Setelah itu semua lampu dimatikan —kecuali lampu teras— dan semua pintu dan jendela dikuncinya. 8 saat itu menunggu tuannya di depan perapian. Ruangan itupun akhirnya hanya disinari oleh cahaya dari perapian. Tuannya pun datang dengan selimut, kemudian menyelimuti dirinya dan 8 pada sofa di depan perapian. Dia mengelus-elus lembut 8 hingga akhirnya 8 pun terlelap. Hari itu telah dilewati oleh 8 dan tuannya bersama-sama. Beruntungnya, masih ada hari esok. Tuannya pun akhirnya tertidur, bersama, di atas sofa.


Esoknya, 8 menggonggong pada tuannya dari bawah sofa, mencoba 'tuk membangunkan tuannya yang masih terlelap. Dia pun akhirnya bangun dan melihat alaramnya menyala, mencoba 'tuk membangunkannya dari bawah sofa.




Nanda Dega



0 komentar:

Posting Komentar