X


Jelajahi taman nan bersih dan elok memang menyenangkan, apalagi pada malam hari. Kau tahu, dengan begitu kau bisa melepas semua yang membebanimu di sana, hitung-hitung refreshing. Apalagi kalau dilakukan di tempat yang mana orang-orang yang kau kenal tidak ada di sana, pasti lebih menyenangkan. Saya harap saya bisa melakukan itu secara nyata. Kau tahu, itu hanya bisa dilakukan dalam pikiran, tidak lebih. Sungguh tragis bukan? Memang terkadang aku tipe yang tidak ingin terlihat oleh orang banyak. Aku memiliki masalah dalam urusan koneksi dan yang terburuk adalah dengan mereka yang ada di luar sana. Tapi tenang, aku tidak akan membuat kalian membaca rentetan kisah hidupku yang membosankan saat aku mendapat liburan panjangku.

Berawal dari celaka yang dialami keluarga Paman yang saat itu sedang menuju ke rumah saudaranya. Semuanya berubah dan tidak bisa diganggu-gugat. Telah terpublikasi perkara-perkara darinya yang menimbulkan rasa kasihan pada tetangganya. Setiap hari tidak pernah keluarga Paman tidak kedatangan tamu yang berniat untuk menolong melakukan pekerjaan rumahnya. Itu sangat berharga baginya dan keluarganya. Mereka terlihat senang walaupun kesakitan dan luka masih menyelimuti beberapa bagian raga mereka. Seakan-akan telah diberi kekuatan super sehingga semakin lama tekad pun semakin meluap, sampai-sampai saat mereka beranjak dari tempat tidur dan mulai berjalan, mereka semua melupakan apa itu rasa sakit.

Bukan orang yang gampang meninggalkan jejak bibir pada pipi yang lain. Tidak sama saat melihat adikku mencium pipi kedua orang tua kami sebelum menaiki bis sekolahnya. Atau saat kuberjalan di pekarangan rumah orang, melihat sepasang suami istri saling mencium masing-masing kedua pipi, meninggalkan jejak kenangan sebelum berpisah menuju lahan kerjanya masing-masing.


Begitu tertarik dengan sesuatu yang belum diketahui. Ini seperti di novel misteri atau horor. Melihat tanda itu, telah tertebak apa yang harus dilakukan. Mencari jawaban. Entah langkah apa yang harus kugunakan, agar perkara-perkara ini dan perkara-perkara itu dapat diselesaikan sebagaimana mestinya. Mencari, nomor satu. Mulai memprioritaskan hal, beruntun agar selamat dan sampai tujuan.

Mulai membuka buku sejarah yang kuambil dari lokerku. Membaca perlahan-lahan, agar aku bisa masuk kembali ke dalamnya, seperti mesin waktu. Memarkirkan kembali ke tempat lalu, rasakan alirannya. Gerimis dan angin dingin serta sengatan sinar matahari yang bekerja sama menghambat tur saya, melewati waktu yang seharusnya bukan. Membuat saya menunggu agar reda dan baju serta tas dan isinya tidak basah atau basah kuyup.

Si kulit bundar yang jago menggelinding, memantul pun. Anak gunung yang eksis dan bukan sering hijau, cokelat pun. Lain mungkin. Ringkas dan praktis dalam tulisan, bagi yang membaca supaya sebentar saja. Merias kanvas berasaskan imajinasi, begitu pun tulisan dan narasi. Pembicaraan 2 orang dan si penguping di sudut. Menyusun rancangan kegiatan dibalik pintu kamar, serasi dengan petak umpat dan bukan mengumpat. Perkara yang hadir di tiap harinya, tambah kuat lagi dan lagi. Hewan air dibekuk, bebas nan melayang. Lokasi demi lokasi seperti rit. Kotak demi kotak ala TTS.

Panel surya yang kupasang dekat rumah, tumbuh-tumbuhan menari gemulai serta dedaunan yang meranggas. Melangkah di jalurnya, tertutup oleh benda kering itu. Yang tumbang halangi jalan atau halangi musibah tak diundang? Jurang kecil di sisi jalan, nampak sungai kecil bersih mengalir sunyi. Lanjut melangkah hingga berhadapan dengan gua hitam yang sepi. Tumbuhan merambat sembarang, didominasi hijau.

Tiba pada karavan ditepi kota. Tinggal seorang saja, wanita dan dandanan ala peramal. Hiasan dan ornamen ala peramal di mana-mana. Disuguhkan secangkir jus jeruk, buat nyaman di sana. Seperti tahu yang saya suka. Meja bundar lengkap dengan kursi dengan pusatnya, bola sihir. Yang dinantikan, keajaiban bola sihir. Tunjukkan masa yang diinginkan yang sayangnya hanya dia yang mampu membaca. Informasi sudah didapat, namun tingkat keyakinan masih rendah. Kukeluar dari karavan kemudian diiringi ucapan, "terima kasih atas kunjungannya".

Ketik demi ketik di meja belajar, mengingat waktu yang terbatas. Kumpulan tema dan gagasan yang diperoleh, berterima kasih pada Tuhan. Membantu ciptakan karya sekaligus menyuguhkan pelanggan. Hingga larut masih bertenaga. Cuci muka sejenak serta isi lambung dengan yang sehat. Suguhi dengan musik agar makin bertenaga. Bayang-bayang mulai nampak, keinginan atau pun ketidakinginan. Titik demi titik, koma demi koma, dan judul demi judul. Periksa, lalu temukan kesalahan. Entah apa yang harus digunakan. Cari dan temukan.

Bertautan dengan tautan, kar'na saat ini memang. Membidik anak panah menuju yang diinginkan, usaha menyenangkan namun gagal pada pertengahan. Sempat berpikir mengangkat tangan tapi coba lagi. Usaha untuk menghibur, malah ejekan dan wajah sinis yang didapat. Sempatkan ego cari cara di manapun. Dapatkan yang dipikir bekerja namun belum yakin sepenuhnya. Entah respon apa selanjutnya yang kudapat nanti.









Nanda Dega




"Apa saja yang sudah kau ketahui?"



0 komentar:

Posting Komentar