Manekin

Pada malam itu, malam yang berkabut, mulai diri ini beraksi. Kubuka pintu dan mulailah diri ini masuk ke dunia luar. Dunia yang kuanggap aneh, tapi indah adanya. Aku tidak bergurau. Ini pengalamanku, setelah pengalaman-pengalamanku yang lalu.

Kurasakan hembusan angin dingin saat daku menginjakkan kaki kananku ke tanah. Sungguh hal yang aneh. Skeptis menguasaiku, tapi daku tetap kepada pendirianku. Kuteruskan untuk melangkah maju, walaupun aku tidak memiliki tujuan. Rasa penasaran masih menusuk benak ini. "Apakah ini?", "Apa, aku bermimpi?", "Apakah aku masih tidur?", tanyaku pada diriku. Sepi dan tenang selalu kurasakan. Baik itu yang lalu maupun yang sekarang.

"Kenapa aku sendiri? Tidak adakah sesuatu yang hidup, yang bisa diajak untuk menjelajah bersama?"

Kulihat kanan dan kiriku. Dengan langkah kecilku, jelajahi wilayah. Tidak tahu harus apa. Hanya berjalan dan melihat. Tidak ada aktivitas lain yang bisa kulakukan.

"Apa kar'na, aku ini baru?"

Lembaran-lembaran kecil hijau kuraba. Merasakannya, menelaahnya. Begitu juga benda coklat melingkar yang besar dan sesuatu dengan bentuk-bentuk yang indah. "Apa itu?", tanyaku untuk kesekian kalinya.

Kembali hembusan angin dingin datang kepadaku. Dengan pakaian berwarna hitam nan licin, kulanjutkan kembali perjalananku. Dan kembali kutemukan hal yang luar biasa di tengah perjalananku.

Di saat lelah melingkupiku, mulai kududuki rerumputan yang di sebelah jalan beraspal itu. Melepas lelah sambil merasakan malam.

"Itu Bulan!", seruku sambil mengangkat tangan kananku dan mengarahkan jari telunjukku kepadanya. Kutatap benda bulat itu hingga jatuh hatiku padanya. Angin berhembus, menggerakkan rerumputan dan sekitarnya.

"Mengapa saat kukejar benda itu, tidak pernah kudapatkan?"
Sekali lagi, diri ini dibuat bingung.

Saat benda itu mulai turun, aku tahu kalau di saat itu aku harus pergi. Kembali ke asalku, ke tempatku. Kutegakkan diri ini kemudian dan diam sejenak. Melihat keindahan untuk yang terakhir. Aku tidak tahu, kapan aku bisa melihat pemandangan itu lagi. Segan pun menguasai. Tapi, aku tidak mau menyerah dan menganggap semua akan berakhir. Aku pun kuat di saat itu.

Dengan kepercayaan penuh, kutinggalkan tempat itu dengan angin yang masih menemani. "Jangan takut!", seruku di dalam benak. Dengan senyuman kulanjutkan perjalanan. Perjalanan menuju tempat yang kusebut "rumah". Kembali kutelusuri jalan yang telah kugunakan. Dan kembali kulihat hal-hal hebat itu. Kutemui kembali mereka. Kusapa mereka dengan senyuman biarpun tidak ada yang merespon.

"Apakah kau baik? Apakah kau jahat?", tanyaku dalam benak.

Hingga kudapati tempatku, wilayahku, rumahku, serta mereka yang ada di dalam, kubuka pintu kemudian dan kembali kurasakan "rumah". Kututup pintu dan menyempatkan diri melihat ke luar lewat pintu yang berkaca itu. Setelah selesai, kubergabung dengan mereka dan kuposisikan diri ini sesuai yang awalnya.
Tidak ada yang mengerti. Tidak ada yang peduli. Walaupun mereka tahu, kalau daku adalah manekin yang melankolis.

D.A.I.
Nanda Dega

0 komentar:

Posting Komentar