Did you get sceptic day? sanctions day?

Kejadian ini sih sebenarnya udah 2 hari yang lalu.
Tapi agak aneh juga diakhir-akhirnya.
Ga biasanya.


"emang ada apa, Dega...???"



Jadi tuh, 2 hari yang lalu adalah hari pertama gua masuk sekolah.
Setelah bermalas-malas ria di rumah dan di tempat-tempat terjangkau lainnya,
akhirnya waktu libur menunjukkan angka nol dan gua dipaksa untuk pergi berkunjung ke sekolah.

""Berkunjung??!""


oh ya..
Pas mau buka pagar rumah, gua ngeliat si bola putih lohh..
Pengen dipotret, tapi udah ga sempet.
eerrrr.. kesel gua gak abadikan momen itu.
errrgghhh...
eeerrrgghhhh...
eeeerrrggghhhhh...

Lanjut ajaa..!

Iya tuh.. mau buka pagar buat enyah ke sekolah.
Pas udah nyampe, seperti biasanya para penghuni kelas beradu cepat untuk mendapatkan tempat duduk yang mereka inginkan.
Dan disaat bel sekolah berbunyi pun, masih banyak penghuni yang tidak siap dengan apa yang mereka dapatkan.
Gua diem-diem aja di tempat gua.
Dan guru-guru pun datang silih berganti menyesuaikan apa yang telah mereka terima.

Dan disaat guru Matematika gua muncul,
gua pun dikejutkan dengan kalimat: "ya.. ibu, wali kelas kalian."

Ga kok, ga kaget-kaget amat.

Tapi itu ga akan pernah bikin gua kaget. Apalagi ragu-ragu.
Disaat pemilihan pengurus kelas,
disaat itulah gua mulai ragu-ragu.
Bagian ini merupakan bagian yang PALING gua BENCI diantara semua bagian di kelas.
Jantung gua selalu memukul-mukul dada gua,
seperti gua diperingatkan untuk menyelamatkan diri dari bahaya tersebut.
Dan memang benar adanya, itu adalah BAHAYA buat gua.

Alasan mengapa gua selalu skeptis,
alasan mengapa gua selalu sangsi disaat momen itu terjadi adalah kar'na gua takut kepilih.
Gua, yang memang dasarnya ga tertarik dengan semua hal yang berhubungan dengan pengurus kelas ini,
pasti selalu memasang wajah takut.
Ga pernah jarang juga buat ngumpet dari momen itu,
bahkan ga pernah jarang juga untuk kabur dari BAHAYA tersebut.
TAPI GAK PERNAH BISA!! AAAAAAA!!! *ceritanya lagi teriak*


Dan gua berpikiran untuk tidak mencolok dari semua penghuni yang ada disana.


Awal pemilihan adalah ketua kelas,
dan yang PALING MEMBANGGAKAN adalah GUA GAK KEPILIH.
yeeeeeee.....!!! *teriak di atas menara*
ya..,
saking senengnya gua, kar'na nama gua TIDAK tercantum pada wilayah ketua kelas.

Sempet ketawa riang juga,
gara-gara ada yang bikin ketawa.
Padahal janjinya ga mau mencolok.
Tapi waktu itu ketawanya gua kontrol kok.

Dan disaat sampai pada wilayah sekretaris,
salah satu penghuni menyebutkan "nama indah" gue dengan kerasnya. #tandapromosi
Dan disaat itu juga emosi gua mulai membara.

KENAPA GUA YANG DISEBUT?
KENAPA HARUS GUE..?
EH.. APAAN SIH!!
JANGAAANN...!!!

Dan gua sempet lega juga kar'na wali kelas gua menunjuk ke salah satu penghuni yang memang tahun lalu ia terpilih menjadi sekretaris.
Tapi, entah mengapa kebahagiaan gua hanya BERLANGSUNG BEBERAPA DETIK saja.
Si penghuni itu menyebutkan "nama indah" lagi sebagai tanda promosi.
Beralasan kar'na......

Dan si penghuni yang tidak setuju namanya terpampang nyata di wilayah sekretaris tersebut,
mulai membela dirinya agar ia tidak lagi diberatkan dengan jabatan tersebut.
Dan akhirnya...
Raut muka pun mulai berubah.
Yang tadinya seneng banget, jadi melankolis.
Mereka telah menang. #sedih

Dan disaat itu terjadi, gua mulai cari-cari alasan supaya gua bisa terlepas dari jabatan tersebut.
Agar gua bisa berani berkata di luar kelas.
Tapi..
entah mengapa ketakutan gua mereda.
ia mereda lebih cepat dari apa yang gua pikir.


Waktu terus berjalan, dan gua masih ga takut dengan jabatan yang pernah membuat gua pengen ngumpet itu.
Gua pernah berpikir begini, bahwa salah satu cita-cita gua adalah menjadi penulis.
Dan dari apa yang telah gua lihat dari seorang sekretaris, pengalaman-pengalaman tentang mereka,
yang mana berhubungan dengan kegiatan tulis-menulis.
Gua memang ga suka dengan apa yang gua dapat itu,
tapi di satu sisi gua bersyukur dengan apa yang udah nimpa gua.
Gua ditugaskan dibidang tulis menulis.

Gua girang, robek-robek bantal, pesta teh.

Ya..
melalui sarana itu, gua meyakini kalau gua sedang dilatih untuk menjadi seorang penulis.
Gua gundah, gua terima, dan gua belajar.
Belajar untuk mengejar cita-cita gua.

T'rima kasih, Yang Maha Kuasa.



Nanda Dega

0 komentar:

Posting Komentar