Rusak

Apa yang terjadi selanjutnya?

Aku pikir kalian sudah tahu apa yang akan terjadi setelahnya -duduk di tengah taman dengan kemegahan-, atau masih belum tahu bahkan belum memikirkan apa yang terjadi selanjutnya. Jika kalian diculik oleh seseorang saat kalian sedang menikmati alam dengan megahnya, kalian pasti akan ketakutan dan berpikir apa yang akan terjadi pada kalian selanjutnya atau mungkin pada orang-orang terdekat kalian. Tapi tidak untuk orang ini. Aku tidak akan menceritakan hal tersebut karena di saat itu ia sedang pergi menuju restoran termahal di kota itu. Waktu itu malam hari dan di hari yang sama, masih sama di saat ia mengeluarkan senyumnya dan menyebarkannya dengan sembarang. Berjalan melewati sinar remang-remang yang di taburkan oleh lampu jalan itu, tak sama sekali membuat dia ketakutan biarpun di tengah gang kecil nan sepi.

Letaknya cukup jauh dari taman yang ia megahi. Tidak sama dengan "Lapang Hijau", jalan yang ia lalui sangat jelek, bahkan lebih jelek dari seseorang yang tidak membersihkan tubuhnya dengan air, dengan sabun mandi, sikat gigi, pasta gigi dan pembersih rambut. Aku harap aku punya kekuatan atau sihir atau sejenisnya agar jalan itu bisa layak untuk dipakai. Beruntungnya hari itu tidak hujan, kar'na pasti akan merepotkannya dan akan panjang bagiku untuk mendeskripsikan jalanan itu. Mungkin penduduk di sana bisa beralih ke roller coaster atau moving walk.

Di depan pintu berkaca sambil mengusap-usap kedua telapak tangannya dan meniup-niup untuk menghangatkannya. Aku rasa tidak akan berguna, karena restoran itu menggunakan ac. Tidak disangka akan bertemu lagi dengannya. Umumnya jika kalian bertemu dengan hawa dingin pasti yang ada di benak kalian adalah bagaimana cara menghangatkan tubuh kalian atau kapan hawa dingin itu berakhir. Tidak dengannya, ia malah melawannya dengan senyum.

Mendaratlah ia pada pojok restoran masih dengan senyuman manisnya. Sumpit dikeluarkan dari bungkusnya dan santaplah ia -aku hilangkan bagian pemesanan dan makanan yang ia pesan-. Begitu lahapnya ia menyantap makanan-makanan yang ada dihadapannya itu. Saat habis semuanya itu, ia mengelap mulutnya dengan serbet yang telah ia bawa sedari rumah. Aku tertawa kecil melihatnya, "mengapa ia menggunakan miliknya sementara pihak restoran sudah menyediakan serbet di meja makan?"

Waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam, sudah waktunya bagi dia untuk istirahat. Tidak tahu lagi apa yang harus dilakukannya di waktu itu sebelum ia mencapai kamarnya nanti. Dia berjalan keluar restoran dan menemukan hal-hal yang tidak ia ketahui. Dihadapannya terdapat beberapa hal yang menarik hatinya. Aku memerhatikannya dan melihat ia mulai meraih semua itu dan menyentuhnya, membelainya layaknya orang yang dikasihinya. Dia sedang mengapresiasikannya.

Tidak dapat menahan waktu, ia pun meninggalkannya untuk menuju kasur tercintanya. Senyuman mulai dipasangnya. Dia bisa mendapat penghargaan kar'na senyumannya itu. Menggunakan jalan yang sebelumnya tanpa memedulikan sekitarnya.


Nanda Dega

0 komentar:

Posting Komentar